“Peluncuran WIMAX anak bangsa, silaturahmi blogger dan mailisters, when bloggers and mailisters collide, Graha Widya Bhakti Puspitek”, begitu bunyi spanduk yang terpampang di bagian belakang panggung. Ya hari itu, bertepatan dengan hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei 2009, Menristek menggelar hajatan yang mempertemukan berbagai komunitas seperti para peneliti yang bernaung dibawah Kementerian Ristek, praktisi Teknologi Informasi (TI), komunitas bloggers Kompasiana, komunitas mailing list Forum Pembaca Kompas (FPK), komunitas mailing list Technomedia, Komunitas Netsains, Komunitas Sukamoto dan Asosiasi Open Sources Indonesia (AOSI).
Dalam sambutannya, yang disampaikan dengan santai, Menristek Kusmayanto Kadiman menyampaikan bahwa Wimax (Worldwide Interoperability Mobile Access) yang diluncurkan ini merupakan produk lokal pengembang aplikasi Wimax pertama di Indonesia yang siap bersaing dan memenangkan tender yang diajukan pemerintah. Sebagai uji coba, di kawasan Pusat Penelitian Iptek (Puspitek) Serpong seluas 400 ha telah dipasang dan diperasikan perangkat Wimax pada frekuensi 2,3 GHz. Hasilnya cukup memuaskan dan teknologi yang dipergunakan berjalan dengan baik.
Saat demo yang dibawakan Praktisi TI Onno W. Purbo diperlihatkan bagaimana pemanfaatan VoIP dan koneksi internet yang berjalan dengan baik. Diperlihatkan pula penggunaan teknologi multicast yang memungkinkan pengguna internet mengakses beragam program secara bersamaan berdasarkan IP address tanpa perlu khawatir penggunaan bandwithnya akan meningkat. Bahkan untuk membuktikan kecepatan akses internet, beberapa teman blogger menggunakan kesempatan ini untuk mengunggah foto-foto ke facebook atau ke situs penyimpanan foto, hasilnya beberapa teman blogger terkagum-kagum atas kecepatan 4G yang dimiliki Wimax.
Sebagai orang awam di bidang teknologi informasi, tentu saja saya tidak akan membahas lebih detail mengenai teknologi Wimax. Sebagai praktisi di Deplu, hal yang menarik perhatian saya adalah penjelasan Onno W. Purbo bahwa Indonesia telah menyebarkan teknologi Wimax ini ke berbagai negara tetangga seperti Thailand, Vietnam dan Bhutan. Di tiga negara tersebut para pakar Wimax Indonesia telah memberikan sejumlah pelatihan teknologi Wimax.
Dalam pandangan saya, apa yang dilakukan Onno W. Purbo dan kawan-kawannya, yang juga didukung Menristek, memperlihatkan adanya kegiatan soft diplomacy dari aktor bukan negara (non-state actors) guna mempengaruhi cara pandang masyarakat (atau setidaknya kalangan TI) di tiga negara tersebut untuk suatu saat menggunakan teknologi Wimax karya orang Indonesia.
Di era globalisasi dan pesatnya perkembangan TI, apa yang dilakukan Onno W. Purbo dan kawan-kawan, saya lebih senang menyebutnya sebagai diplomasi digital, merupakan suatu kewajaran. Memperkenalkan (produk) Indonesia melalui people-to-people contact dan pada saat yang bersamaan menunjukkan pencapain prestasi yang diraih. Pencapaian yang memperlihatkan bahwa Indonesia juga mampu bersaing secara padat teknologi, bukan semata padat karya.
Apa yang dilakukan lewat diplomasi digital ini secara bersamaan juga memperlihatkan bahwa kegiatan diplomasi saat ini tidak hanya dilakukan para diplomat dan pejabat negara semata, tetapi juga dapat dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat lainnya. Membangun citra positif tidak hanya dilakukan lewat berbagai iklan di media massa tetapi bisa dengan cara yang lebih efektif melalui people-to-peole contact, business-to-business contact ataupun melalui online dan offline digital campaign.
Namun demikian, terkait dengan pengembangan dan pemanfaatan teknlogi, muncul kekhawatiran bahwa suatu saat justru negara tetangga lah yang akan lebih dahulu memanfaatkannya dengan baik dan ironisnya orang Indonesia lah yang nantinya akan berbalik belajar dari mereka. Karenanya agar kekhawatiran seperti itu tidak terjadi, diperlukan adanya sinergi antara berbagai komponen yang terkait dan tentu saja hal tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi semua pemangku kepentingan.
Dalam sambutannya, yang disampaikan dengan santai, Menristek Kusmayanto Kadiman menyampaikan bahwa Wimax (Worldwide Interoperability Mobile Access) yang diluncurkan ini merupakan produk lokal pengembang aplikasi Wimax pertama di Indonesia yang siap bersaing dan memenangkan tender yang diajukan pemerintah. Sebagai uji coba, di kawasan Pusat Penelitian Iptek (Puspitek) Serpong seluas 400 ha telah dipasang dan diperasikan perangkat Wimax pada frekuensi 2,3 GHz. Hasilnya cukup memuaskan dan teknologi yang dipergunakan berjalan dengan baik.
Saat demo yang dibawakan Praktisi TI Onno W. Purbo diperlihatkan bagaimana pemanfaatan VoIP dan koneksi internet yang berjalan dengan baik. Diperlihatkan pula penggunaan teknologi multicast yang memungkinkan pengguna internet mengakses beragam program secara bersamaan berdasarkan IP address tanpa perlu khawatir penggunaan bandwithnya akan meningkat. Bahkan untuk membuktikan kecepatan akses internet, beberapa teman blogger menggunakan kesempatan ini untuk mengunggah foto-foto ke facebook atau ke situs penyimpanan foto, hasilnya beberapa teman blogger terkagum-kagum atas kecepatan 4G yang dimiliki Wimax.
Sebagai orang awam di bidang teknologi informasi, tentu saja saya tidak akan membahas lebih detail mengenai teknologi Wimax. Sebagai praktisi di Deplu, hal yang menarik perhatian saya adalah penjelasan Onno W. Purbo bahwa Indonesia telah menyebarkan teknologi Wimax ini ke berbagai negara tetangga seperti Thailand, Vietnam dan Bhutan. Di tiga negara tersebut para pakar Wimax Indonesia telah memberikan sejumlah pelatihan teknologi Wimax.
Dalam pandangan saya, apa yang dilakukan Onno W. Purbo dan kawan-kawannya, yang juga didukung Menristek, memperlihatkan adanya kegiatan soft diplomacy dari aktor bukan negara (non-state actors) guna mempengaruhi cara pandang masyarakat (atau setidaknya kalangan TI) di tiga negara tersebut untuk suatu saat menggunakan teknologi Wimax karya orang Indonesia.
Di era globalisasi dan pesatnya perkembangan TI, apa yang dilakukan Onno W. Purbo dan kawan-kawan, saya lebih senang menyebutnya sebagai diplomasi digital, merupakan suatu kewajaran. Memperkenalkan (produk) Indonesia melalui people-to-people contact dan pada saat yang bersamaan menunjukkan pencapain prestasi yang diraih. Pencapaian yang memperlihatkan bahwa Indonesia juga mampu bersaing secara padat teknologi, bukan semata padat karya.
Apa yang dilakukan lewat diplomasi digital ini secara bersamaan juga memperlihatkan bahwa kegiatan diplomasi saat ini tidak hanya dilakukan para diplomat dan pejabat negara semata, tetapi juga dapat dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat lainnya. Membangun citra positif tidak hanya dilakukan lewat berbagai iklan di media massa tetapi bisa dengan cara yang lebih efektif melalui people-to-peole contact, business-to-business contact ataupun melalui online dan offline digital campaign.
Namun demikian, terkait dengan pengembangan dan pemanfaatan teknlogi, muncul kekhawatiran bahwa suatu saat justru negara tetangga lah yang akan lebih dahulu memanfaatkannya dengan baik dan ironisnya orang Indonesia lah yang nantinya akan berbalik belajar dari mereka. Karenanya agar kekhawatiran seperti itu tidak terjadi, diperlukan adanya sinergi antara berbagai komponen yang terkait dan tentu saja hal tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi semua pemangku kepentingan.
4 comments:
Yth. Bung Aris Heru Utomo (AHU)
1. Wah bagus sekali nich artikelnya, sekiranya diijinkan saya bantu untuk mensosialisasikan pemikiran anda di majalah SANAPATI Majalahnya Wong Persandian dan Keamanan Informasi yang dinahkodai Humas Lembaga Sandi Negara.
2. Sekiranya dimungkinkan akan sangat kami hargai kalau anda kirimkan artikel ke majalah Sanapati (Sthana Paroksharta Bhakti) via e-mail humas@lemsaneg.go.id atau agussky@gmail.com
Selamat Berkarya
Agus Sky (AKSX)
Humas Lemsaneg
Memabaca Tulisan ini serasa kita mendapatkan pengetahuan tambahan dan juga informasi bahwa bangsa kita tak kalah dengan bangsa lainnya.
salam
Omjay
Mas,
bulan depan tanggal 2 Mei 2010, setahun setelah acara ultah yang meriah dari Menristek [waktu itu], kita mau ngapain ya?
Salam
Teknologi Wimax merupakan program Kota Bekasi thn 2009..meskipun realisasi hardware-import tsb terbentur masalah perijinan dari Singapore..
Status terakhir, bisa crosscheck ke bagian Telematika..:)
Post a Comment