"Selamat pagi sobat Jkt, Bgmn semalam? Blm kapok khan tinggal di Jakarta? Begitu bunyi barisan kata-kata yang terdapat dalam sebuah foto yang dikirimkan rekan saya pagi ini.
Foto tersebut mengacu pada hujan deras semalam yang mengakibatkan Jakarta kembali lumpuh. Banyak warga Jakarta dan sekitarnya yang terpaksa berjalan kaki. Genangan di sejumlah jalan raya mengakibatkan kendaraan berhenti. Akibatnya banyak warga yang terjebak macet dan baru tiba di rumah tengah malam. Suatu kejadian yang tentu saja sangat tidak mengenakkan.
Saya sendiri, meski tidak menggunakan angkutan roda empat, terkena kemacetan di jalur transportasi kereta rel listrik. Setelah menembus hujan deras dari kantor saya di Pejambon, setibanya di Stasiun KA Gambir kereta yang dijadwalkan pukul 18.36 wib baru tiba satu jam kemudian. Dari Stasiun Gambir saya terlebih dahulu menumpang kereta ke arah Stasiun Kota, karena kalau langsung dari Gambir ke stasiun Bekasi dijamin tidak akan memperoleh tempat duduk dan berdiri sepanjang perjalanan.
Dari Stasiun Gambir hingga stasiun Cikini kereta masih berjalan lancar, tapi menjelang stasiun Manggarai hingga Stasiun Keranji di Bekasi kereta mulai tersendat dan sering berhenti karena harus bergiliran dengan kereta-kereta lain. Penyebabnya ada beberapa jalur kereta yang tergenang dan tidak bisa digunakan. Untuk itu jalur kereta yang masih berfungsi digunakan secara bergantian. Akibatnya jarak Gambir-Bekasi yang di saat normal dapat ditempuh sekitar 40-50 menit mesti ditempuh 4 jam alias 240 menit. Tidak mengherankan jika akhirnya saya tiba dirumah sekitar 23.30 wib.
Saya masih beruntung bisa pulang sebelum tengah malam, karena paginya setelah mendengarkan dan membaca berita baru tahu kalau banyak warga yang ternyata sampai di rumah sekitar pukul 2 malam. Bayangkan pukul 2 malam baru sampai di rumah, sementara keesokannya, pagi-pagi sekali harus ke kantor dan itu mesti berjuang kembali menembus kemacetan kota.
Ya Jakarta memang semakin hari semakin semrawut, macet, dan banjir. Hujan sedikit, banjir pun datang. Meski dipimpin oleh Gubernur Fauzi Bowo (Bang Foke) yang dikenal sebagai ahlinya, kondisi Jakarta justru semakin menyeramkan. Kondisi ini tentu saja membuat banyak orang frustasi. Tapi apa boleh buat tidak banyak hal yang bisa dilakukan selain menerima keadaan.
Untuk itu, guna mengurangi kestressan, banyak yang kemudian berupaya menghibur diri sendiri, caranya antara lain dengan mengolok-ngolok pemimpinnya yang dianggap belum mampu mengatasi keadaan Jakarta. Mengenai banjir misalnya, saking pasrahnya makanya pada foto dimana Bang Foke sedang bertolak pinggang dan berkomentar dikasih teks seperti ini "Ini cuman genangan kalo airnya udah sampai kumis gue, baru namanya banjir".
Apa boleh buat Bang Foke, meski tidak pantas seorang pemimpin diolok-olok, anda mesti legowo diolok-olok warganya (termasuk dengan mencukur kumis Bang Foke). Mungkin kalau suatu saat nanti bang Foke atau siapapun yang memimpin Jakarta bisa memenuhi harapan warganya, pujian akan datang sendiri. Sementara ini nikmati saja mati ketawa ala Bang Foke lewat foto-foto yang beredar di Blackberry Messenger, facebook ataupun milis-milis.
11 comments:
Biasanya aku menikmati tulsian mas Aris di ponsel.
Selalu bikin nyengir sendiri, dan kali ini mas Aris menuliskannya di blog.
Hehehe...
makasih mas.
Salam Sehati
bang foke memang ahlinya banjir, hhehehhee
salam
Omjay
wahhh memang foto2 ini ramai sekali y mas di twitter... salam hangat
hari selasa kemarin saya memang tertawa-tawa saja disetiap jebakan banjir dan macet yang menjerat disetiap belokan
apalagi kalau sempat lihat foto-foto ini ya, mungkin saya benar-benar ngakak hi hi hi
tengkyu mas aris
Jadi Jargon kampanye bang Foke sebagai AHLINYA BANJIR hanya CIPOA untuk MENIPU rakyat agar terpilih jadi gubernur DKI. Kalau begitu pantas kumisnya di botakin sekalian sama rambutnya sebagai hukuman bagi si PEMBOHONG
@Hasjmi,
Sebenarnya Foke tidak bohong. Ia bilang "Ahlinya Banjir..."
Artinya ahli yang mbikin Jakarta kebanjiran, bukan ahli MENGATASI banjir. Jadi maklum saja, kita saja yang sial dapat pemimpin publik yang katanya ahli kebanjiran.
benar-benar mati ketawa..(2 jempol buat pengakuan bahwa pemimpin tidak patut diolok-olok)
mas.. idzin copas ya..
tulisannya enak dibaca dan lucu.. hi..hi..
Lucu... lucu... bukan mentertawakan petingginya Jakarta (saking tingginya, air pun tak bisa mencapai kumisnya. Uuups, sorry :p)
Good luck, Jakarta.
huakakakakkak lucu lucu
huakakakakkak lucu lucu
Post a Comment