Sebuah pesan masuk ke inbox dan Blackberry Messenger saya yang berisikan klipping dan lelucon tentang lemahnya kemampuan berbahasa Inggris Perdana Menteri Jepang Yosihiro Mori. Informasi tersebut konon berasal dari Kedutaan Besar Jepang di AS. Berikut cuplikan beritanya: “A few days ago, Days ago, Prime Minister Mori received some instructions in Basic English conversation before he visits Washington and meets president Barack Obama. The instructor told Mr. Mori: When you shake hand with President Obama, please say ‘How are you’. Then Mr. Obama should say, ‘I am fine, and you?‘. And you respond saying: ‘Me too’. Afterwards we, translators, will do the work for you. It seems very simple, but the truth is… When Mr. Mori met Obama, he mistakenly said ‘Who are you?’ – Instead of ‘How are you?’ Initially, President Obama was a little shocked, but managed to react with humor: ‘Well, I’m Michelle’s husband, ha-ha-ha…’ Then Mr. Mori replied: ‘Me too, ha-ha-ha…’ Then there was a long silence in the meeting room…
Dari informasi tersebut kita tahu bahwa sebelum menemui Presiden AS Barrack Obama di Washington, PM Mori telah diberikan pengarahan singkat mengenai beberapa hal yang mesti diucapkan saat bertemu Obama. Oleh sang instruktur bahasa, PM Mori diminta untuk mengatakan “How are you” ketika bersalaman dengan Obama. Nanti Obama akan mengatakan “I am fine, and you?”. Setelah Obama berkata, jawablah dengan kata “Me too”, nah untuk dialog selanjutnya akan ada staf yang menterjemahkan percakapan dari bahasa Inggris ke Jepang.
Disebutkan pula bahwa sepintas instruksi percakapan di atas sangat mudah untuk dilaksanakan dan diucapkan. Tapi dalam prakteknya PM Mori melakukan kesalahan ucapan yang berakibat menggelikan. Alih-alih mengucapkan “How are you”, PM Mori malah menyebutkannya dengan “Who are you”. Tentu saja Obama kaget sejenak ketika mendengar sapaan seperti itu. Tapi dengan penuh improvisasi Obama menjawab dengan baik “Well, I’m Michelle’s husband, ha-ha-ha … (ya, saya suaminya Michele ha ha ha)”. PM Mori yang tidak memahami ucapan Obama langsung menjawab sesuai dengan arahan yang diterimanya “Me too (saya juga). Jawaban tersebut tentu saja membuat Obama melongo.
Pada awalnya menganggap biasa-biasa saja cerita tersebut. Bahasa Inggris kan bukan bahasa sehari-hari orang Jepang. Karena itu, meski Jepang tergolong sebagai salah satu negara maju di dunia, masih sangat banyak anggota masyarakatnya yang tidak bisa berbahasa Inggris. Karena itu pula, wajar-wajar saja jika sering terjadi salah pengertian ketika bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris.
Yang tidak biasa adalah fakta bahwa PM Mori ternyata menjabat sebagai PM Jepang hanya setahun pada tahun 2001, delapan tahun sebelum Obama terpilih sebagai Presiden AS. Jadi bagaimana mungkin seorang Yoshiro Mori yang sudah tidak lagi menjabat sebagai PM diceritakan bertemu dengan Obama yang sedang menjabat sebagai Presiden AS saat ini?
Yang juga tidak biasa adalah penyebutan sumber informasi dimana dikatakan sumber informasinya adalah Kedutaan Besar Jepang di AS. Kalaupun kejadian seperti tersebut di atas terjadi, tidak mungkin pihak kedutaan akan menceritakannya secara terbuka di website. Kalau hal itu benar dilakukan, hal tersebut sama saja menampar muka pemimpinnya sendiri dan sudah dapat dipastikan sang Duta Besar akan ditarik pulang.
Dari penelusuran di Google diketahui bahwa ternyata cerita di atas tidak lebih dari daur ulang cerita serupa yang pernah beredar pada pertengahan tahun 2000-an, khususnya saat kunjungan Presiden AS Bill Clinton ke Okinawa, Jepang, untuk menghadiri pertemuan KTT G-8. Berikut teks aslinya: Before the G8 Summit in Okinawa, Prime Minister Yosihiro Mori was coached in a bit of English. After meeting with Clinton he was to say “How Are You’. The response was supposed to be “I’m Fine Thank You. And You”. Mori was to answer: Me Too”. When they actually met, Mori made a small slip up and said “Who are you”. “Clinton replied: I am Hillary’s husband. To which Mori replied ‘”Me too”.
Lalu apa maksudnya membuat cerita daur ulang yang diragukan kebenarannya seperti tersebut di atas? Selain untuk lucu-lucuan, sepertinya lelucon tersebut ditujukan untuk merendahkan kemampuan para pemimpin negara-negara yang tidak berbahasa Inggris. Ketika lelucon tersebut dibuat pada awal 2000-an, secara kontekstual dapat diterima karena Yoshiro Mori masih menjawab sebagai PM Jepang. Mungkin lelucon tersebut dibuat oleh lawan-lawan politiknya.
Tapi ketika didaur ulang ditahun 2010-an tanpa update informasinya, maka lelucon tersebut jadi konyol. Mereka sepertinya hanya memandang pemimpin negara yang tidak bisa berbahasa Inggris tidak bisa ikut dalam pergaulan internasional. Mungkin si pembuat cerita lupa bahwa PBB pun mengakui adanya lima bahasa resmi lain yang digunakan dalam pertemuan-pertemuan PBB yaitu China (Mandarin), Arab, Spanyol, Rusia, dan Perancis. Selain itu, setiap negara juga memiliki bahasa nasional masing-masing yang diatur dalam undang-undang masing-masing negara.
Jadi alih-alih mendaur ulang cerita lama, si pendaur ulang sepertinya sedang memperlihatkan kebodohannya sendiri seperti terlihat dari penyebutan nama tokoh dan sumber berita yang asal-asalan tanpa cek dan ricek.
2 comments:
wow penyelidikan yang menarik pak! very good posting :)
waw..
mantab banget,,,
Post a Comment