Beruntung, ketika memasuki ruangan ada pengunjung yang telah selesai bersantap, sehingga rombongan saya pun bisa segera menempati kursi-kursi yang kosong.
Setelah memesan minuman, kami pun segera memesan mi celor atau mi celup yang merupakan menu satu-satunya di rumah makan tersebut.
Tanpa menunggu lama, pesanan pun tiba. Tampak semangkuk penuh mi telur berwarna kuning yang disiram kuah kental agak kekuningan dan ditaburi daun bawang.
Bentuk mi celor yang disajikan berbeda dengan mi telur pada umumnya. Mi celor ukurannya tebal dan lurus tidak keriting, sepintas seperti spagheti, makanan pasta khas Italia.
Aroma udang tercium dari kuah mi celor. Tidak mengherankan karena ternyata bahan utama kuah mi celor adalah potongan-potongan otak udang yang diambil dari udang satang (udang berukuran besar). Kuah otak udang inilah yang membuat sedap mi celor, konon makin banyak campuran otak udangnya makin sedap rasa mi celor.
Saking sedapnya mi celor ini, rekan saya Donny B.U tidak sungkan-sungkan untuk menyantap 2 porsi mi celor. Saya sendiri ingin tambah, tapi apa daya, kapasitas perut sudah tidak muat karena sebelum ke mi celor 26 Ilir, saya sudah sarapan lontong di hotel tempat saya menginap.
Bicara mi celor, makanan ini sebenarnya bukanlah sajian kuliner yang cuma bisa dijumpai di Palembang. Kita juga bisa mendapatkan mi celor di daerah lain di Sumatera seperti Lampung dan Jambi.
Namun, di Palembang, mi celor menjadi makanan khas, tidak kalah populernya dengan pempek. Mi celor sepertinya menjadi menu wajib warga Palembang dan sekitarnya. Bahkan warga Palembang yang berada di perantauan pun sudah menjadikan kunjungan ke mi celor sebagai ritual baru saat pulang kampung.
Dengan kesedapan mi celor dan harga per porsi sebesar Rp. 10 ribu, "mie celor 26 Ilir Haji Syafei" tidak pernah kekurangan pengunjung. Bahkan di saat liburan pengunjungnya bisa membludak. Tidak heran jika sebelum Magrib, mi celor di rumah makan H. Syafei sudah habis.
Bicara rumah makan mi celor di 26 Ilir, saya berkesempatan bertemu dengan pemilikinya, Pak H. Syafei. Dengan usianya yang tidak lagi muda, beliau tidak lagi melayani langsung pembeli mi celornya. Ia hanya duduk sebagai kasir, menerima dan memberikan pengembalian pembayaran dari pelanggannya.
Dengan ramah beliau menerima permintaan saya untuk berfoto bersama. "Wah layaknya artis aku ini, pakai diminta berfoto bareng. Barusan juga ada pengunjung dari Surabaya yang minta foto bersama". Ujar Pak H. Syafei.
"Iya pak, soalnya mi celor bapak enak sich", timpal saya
"Alhamdullilah, jika banyak yang suka", kata Pak Syafei.
Nach tunggu apa lagi, jika anda ke Palembang, jangan lupa ke Mi Celor 26 Ilir. Nikmati sensasi otak udang di mi celor yang sesungguhnya. Bukan otak udang yang berarti bodoh.
dikirim lewat BlackBerry® oleh pemilik blog http://arisheruutomo.com
1 comment:
terlihat enak dan mengiurkan,
jadi pingin juga nih kesana,.
hemm..
mesti asik banget dahhh
Post a Comment