5.11.10

Duka di Wasior, Mentawai dan Merapi

Duka beruntun menyelimuti negeri ini. Di timur, tepatnya di kecamatan Wasior, Papua Barat. Terpantau ratusan orang tewas karena banjir bandang. Di barat, tsunami menerjang pulau-pulau di Mentawai dan juga menewaskan ratusan penduduk. Sedangkan di tengah, di Yogyakarta dan sekitarnya, Gunung Merapi mengamuk memuntahkan lahar panas dan debu vulkanik yang membumbung tinggi dan melebar sejauh belasan kilometer serta mengakibatkan jatuhnya banyak korban.

Bencana alam beruntun ini kembali menyadarkan kita bahwa musibah bisa datang kapan pun. Kita tidak bisa menolak datangnya bencana. Yang bisa dilakukan adalah meminimalisir jatuhnya korban dengan antara lain memasang alat-alat pemantau gempa, tsunami ataupun akivitas gunung berapi. Diketahui misalnya di kepulauan Mentawai telah dipasang sistim pemantau gejala tsunami, sementara di lereng Merapi dipasang sejumlah alat pantau aktvitas gunung berapi.

Bencana alam beruntun ini juga kembali menyadarkan kita semua bahwa sistim penanggulangan dan penanganan bencana di negeri ini masih jauh dari harapan dan seringkali tergagap-gagap dalam merespon bencana yang terjadi. Meski telah langsung turun ke lokasi bencana dan mengirimkan bantuan, Pemerintah daerah dan pusat masih lambat dalam menanggapi bencana.

Beruntung masyarakat kita sangat proaktif dn sigap. Tanpa diminta seluruh anggota masyarakat bergerak membantu para korban bencana. Para sukarelawan terjun ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan perawatan kesehatan, pangan dan pakaian serta melakukan bimbingan mental pasca bencana. Saat ini ribuan sukarelawan bekerja di berbagai lokasi bencana. Meski kesulitan kerap menghadang, para sukarelawan dan seluruh anggota masyarakat tetap memperlihatkan semangat yang tinggi untuk membantu para korban.

Bencana alam yang terjadi beruntun kali ini sepertinya bukan yang terakhir. Bukannya mendoakan agar sering terjadi bencana, tapi berdasarkan penjelasan para ahli yang mengatakan bahwa wilayah Indonesia sebagian besar terletak di lokasi bencana alam maka sudah sepatutnya kita mesti meningkatkan kewaspadaan dan empati kemanusiaan kita. Para pemimpin negeri ini pun, baik pusat maupun daerah, diharapkan lebih tanggap dalam menyikapi bencana yang terjadi. Seorang pemimpin sebaiknya terjun langsung dalam kegiatan penanggulangan bencana. Jangan pergi meninggalkan lokasi bencana hanya karena alasan mencari investasi asing seperti yang dilakukan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah perlunya membenahi sistim penanggulangan dan pemberian bantuan bagi korban bencana agar lebih terpadu dan transparan. Departemen Sosial, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta institusi terkait lainnya harus selalu berkoordinasi dalam menjalankan tugasnya. Koordinasi dalam sistim terpadu perlu dipererat agar tidak ada lagi debat kusir yang berkepanjangan ketika bencana terjadi.

Dengan sistim terpadu dan transparan, masyarakat tidak lagi harus berjalan sendiri-sendiri dalam proses pemberian bantuan. Bukan rahasia lagi banyak organisasi kemasyarakatan maupun individu yang menggalang aksi kemanusiaan, tapi tidak jelas pertanggungjawabannya. Bukannya curiga, tapi memang bukan rahasia pula jika ada saja organisasi atau individu yang kerap memanfaatkan suasana duka untuk memperoleh dana bagi kepentingan sendiri.

Akhirnya mari kita berdoa semoga diberikan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini dan semoga bencana alam ini segera berakhir.

No comments: