25.8.07

Link Kartu Pos Indonesia Tempo Doeloe

Siapa diantara anda yang masih sering menggunakan kartu pos untuk bertukar kabar singkat ? Saya yakin tidak akan banyak. Anda lebih memilih mengirim pesan singkat melalui SMS atau email. Cepat, mudah dan tidak merepotkan. Tapi pada jaman ketika teknologi informasi belum berkembang, kartu pos dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif, apalagi jika dikirim menggunakan kartu pos bergambar. Gambar-gambar kota, pemandangan, gedung-gedung, kesenian, potret dan aspek kehidupan lainnya menjadi bagian dari pesan yang ditunggu-tunggu.

Dalam konteks sejarah, kartu pos juga dapat menjadi bagian tersendiri untuk menelusuri suasana masa lalu di suatu negara. Cerita Jaap dari Amsterdaam mengenai kartu pos Indonesia Tempo Doeloe misalnya, dapat membawa kenangan masyarakat Indonesia tentang Istana Merdeka, Kantor Pos Pasar Baru atau gedung Kesenian Jakarta pada masa pendudukan Belanda, dengan jalanan yang lengang dan sungai yang masih terlihat lebar. Kita juga bisa melihat foto masyarakat Mentawai ataupun wanita pemijat saat itu.

Cerita tentang sepucuk kartu pos lama juga pernah saya tulis ketika mendapat kartu pos berjudul "Voyage aux Indes – Buitenzorg. Le Parc du Gouverneur” (Perjalanan ke Hindia - Bogor. Taman Gubernur). Pada kartu pos tersebut terlihat gambar salah satu sisi istana Presiden di Bogor, yang saat itu merupakan tempat kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda, dan seorang tua yangs sedang jongkok.

Mbak Tamara Adriani yang sedang melakukan penelitian mengenai gedung tua Perpustakaan Nasional di Salemba, setelah membaca tulisan mengenai Buitenzorg rupanya tertarik untuk mengeksplorasi gambar-gambar di kartu pos untuk penelitiannya. Karena saya bukan ahli sejarah dan bukan pula kolektor kartu pos lama, untuk membantu mbak Adriani saya mencoba kontak Pakde Google. Dari pakde yang memiliki banyak teman ini, saya memperoleh 2 alamat kolektor kartu pos Indonesian tempo dulu, yaitu : Antosch & Lin dan Postcardman. Mudah-mudahan melalui referensi beliau, peneliti seperti mbak Adriani atau pembaca yang senang mengoleksi kartu pos lama dapat terbantu karenanya.


Seperti halnya Jaap, pembaca juga dapat menengok buku berjudul "Indonesie - 500 oude prentbriefkarten" tulisan leo Hacks dan Steven Walhin sebagai referensi mengenai kartu pos lama. Jika berminat buku tersebut bisa didapatkan disini.



***Gambar kartu pos diambil dari sini. Thanks untuk Jaap di Amsterdaam dan Zeverina pengelola Koki***



6 comments:

Anonymous said...

lho, emang di belgia masih pake surat2 ya??? :p (*katrok mode ON) :P

lam kenal... ^_^

Aris Heru Utomo said...

mbak mitra, thanks udah mampir. Salam kenal juga.

Vina Revi said...

pernah ada masanya dulu dimana aku hepi banget tiap kali dikirimi postcard dari temen-temen Papa di luar negeri! kalo sekarang? hehehe, mungkin mending berhubungan via internet aja kali, ya?

Anonymous said...

kartu pos itu sekarang mungkin sudah sama langkanya dengan profesi tukang pos. di jakarta, saya mulai jarang melihat pak pos bersepeda dengan tas kulit di samping. ah, kita rupanya semakin tua ... dan lelah.

Aris Heru Utomo said...

#mbak vina: utk kepraktisan, komunikasi via internet bisa lebih cepat. tapi filenya gak bisa jadi souvenir :-)

#ndoro kakung: akur ndoro, skrg udah gak jamannya tukang pos bersepeda dgn tas kulit. kerjaan tukang pos sebagian besar sudah diambil alih yahoo, hotmail dsb. kalaupun ada yg mengirim kartu pos, sekedar utk souvenir dan kenangan2an saja.

Vinnie said...

Halo.. ikut bergabung ya ^^
Saya mau kirim kartu pos ke Amerika nih, ke teman pena disana (setelah berhubungan lewat e-mail). Tapi ternyata cari kartu posnya susah juga ya... Cari kartu pos yang gambarnya kreatif dan Indonesia banget dimana sih? Thanks before...