3.7.10

Menangislah Kau Brasil

“Pertandingan Brasil vs Belanda dimulai. Brasil mengenakan seragam away. Apakah ini tanda-tanda kekalahan Brasil” begitu kicauan saya di twitter ketika pertandingan babak perempat final Piala Dunia 2010 antara Brasil dan Belanda baru saja dimulai. Sebagai pendukung Belanda saya pun lantas berkicau mendukung tim oranye dengan menulis “#Holland Belanda” berulang-ulang.

Sepertinya apa yang saya kicaukan tidak akan terbukti kebenarannya. Brasil langsung bermain apik dengan umpan-umpan yang memikat dan membahayakan gawang Belanda. Di menit 7, menerima umpan silang, Robinho mampu menaklukkan kiper Belanda Maarten Stekelenburg. Namun gol tersebut dianulir wasit karena ada pemain Brasil yang terlebih dahulu offiside. Di menit ke-10, menerima umpan matang, Robinho akhirnya membuat Brasil unggul 1-0.

Unggul 1-0, Brasil terus menggempur pertahanan Belanda dan tim oranye terpaksa harus kalang kabut menahan lajunya trisula Brasil: Kaka, Luis Fabiano dan Robinho. Dapat dikatakan 30 babak pertama memang milik Brasil. Dominasi Brasil dan kalang kabutnya pertahanan Belanda menjadikan para pendukung tim kincir angin ketar-ketir.

Di twitter, pendukung Brasil terus berkicau mengunggulkan tim samba. Sementara itu lewat Blackberry Messenger, berbagai kelompok tidak kalah ramainya mendukung Brasil, bahkan ibu-ibu yang tidak paham bola ikut-ikutan mendukung Brasil. Pendukung Brasil sepertinya kelewat percaya diri dan memperkirakan tim kesayangannya akan menang mudah. Tidak sedikit pula yang memperkirakan Belanda akan sama nasibnya dengan Inggris ketika dibantai 1-4 oleh Jerman di babak 16 besar.

Memasuki babak kedua, Belanda secara perlahan mampu meningkatkan kemampuan dan penguasaan bola di lapangan. Secara perlahan Belanda mulai menekan. Di menit 53, sebuah tendangan lambung ke tiang gawang Brasil oleh Wesley Sneijder menimbulkan kepanikan. Gagal ditepis kiper Julio Cesar, bola malah meluncur ke dalam gawang setelah tersundul back Brasil Felipo Melo. Mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1 lewat gol bunuh diri Felipe Melo tersebut, Belanda terus bermain menyerang. Akhirnya di menit 73, Sneijder memberikan keunggulan bagi Belanda setelah menanduk umpan sepak pojok Arjen Robben. Gol ini sontak membuat para pendukung Belanda yang nonton bareng di Food Court Bekasi Cyber Park bersorak gembira.

Tertinggal 1-2, alih-alih mengembangkan permainan, Brasil malah panik sendiri dan mulai bermain kasar. Kaka yang digandrungi para wanita dan biasanya terlihat kalem, kali ini tidak bisa menahan emosi dan beberapa kali terlihat marah-marah. Begitu pun Robinho si pencetak gol, setali tiga uang, sering marah-marah dan memprotes wasit. Puncaknya Felipo Melo diusir wasit pada menit 73 karena menjegal Sneijder.

Unggul jumlah pemain, Belanda semakin percaya diri. Meski Brasil berusaha menggebrak dengan sisa pemain yang ada, tapi dengan tenang Belanda mampu menghalaunya. Dan sampai babak kedua berakhir kedudukan tetap 2-1 untuk kemenangan Belanda.

Brasil pun menangis. Pelatih Brasil Dunga yang begitu emosional saat pertandingan berlangsung hanya bisa tertunduk lesu sambil sesekali memukul tiang. Para pemain Brasil lainnya terlihat tidak mampu menahan kekecewaan dan air matanya. Malam ini bukan milik Brasil dengan goyang sambanya, tapi milik Belanda, the Flying Dutchman. Belanda meluncur ke semi final untuk bertemu tim Amerika Latin lainnya, Uruguay, yang berhasil menaklukkan Ghana 4-2 lewat adu pinalti.

Para pendukung Brasi boleh berduka. Tapi bagi saya kekalahan Brasil sudah bisa diduga. Meski tidak terkalahkan sejak penyisihan group, namun ketidakmampuannya mengalahkan Portugal membuat saya ragu akan kemampuan tim samba yang sesungguhnya. Kalau melawan Portugal, yang sering disebut tim Brasil B, saja tidak mampu menang, apalagi lawan Belanda yang juga tidak terkalahkan sejak penyisihan group.

Saya melihat ada satu kelemahan pemain Brasil yang mencolok yaitu kurangnya semangat untuk menang. Ketika timnya sudah pasti lolos ke babak 16 besar, pemain Brasil terlihat santai dan tidak berusaha memaksakan kemenangan. Beda dengan Argentina dan Belanda yang tetap berupaya meraih kemenangan meski mereka sudah pasti lolos ke 16 besar. Kurangnya semangat untuk memenangkan setiap pertandingan menjadikan pemain Brasil lengah untuk mengontrol emosinya. Menganggap dirinya masih yang terbaik di sepak bola, para pemain Brasil panik ketika ternyata Belanda bisa unggul.

Dalam sebuah turnamen besar seperti Piala Dunia ini, saya berpendapat masalah teknis dan skill individu para pemain bukan lagi suatu masalah. Mampu lolos ke Afrika Selatan, membuktikan kemampuan mereka di atas rata-rata tim yang telah dikalahkannya di setiap zona. Karena itu yang tersisa adalah masalah semangat. Semangat untuk terus menang dalam setiap pertandingan bisa berpengaruh bagi permainan tim. Jangan ketika menghadapi tim yang dinilai lebih kuat, semangat tinggi berapi-api, namun menghadapi tim yang relatif dapat ditaklukkan, bermain seadanya yang penting tidak kalah.

Nasi sudah menjadi bubur, Brasil hancur digempur the Flying Dutchman. Tidak ada pesta dan goyang samba di café dan jalan-jalan, yang ada tangis dan kecewa. Kini giliran negeri Kompeni lah yang merayakan kemenangan itu. Kalau Brasil saja mampu dilewati, tidak tertutup kemungkinan Uruguay pun dapat diatasi dan Belanda punterbang ke final.

1 comment:

indobrad said...

review yang keren. saya juga nontonnya deg2an, lebih seru dari babak final. haha