Kawasan ladang pertanian Waterloo, sebelah selatan Brussel, merupakan tempat yang tidak terlupakan bagi Napoleon dan pasukannya. Di tempat inilah pada hari Minggu, 18 Juni 1815 berlangsung pertempuran antara 124 ribu tentara Perancis yang dipimpin langsung oleh Sang Kaisar Napoleon melawan gabungan tentara sekutu Anglo-Belanda, Prusia dan Rusia (200an ribu). Setelah bertempur sengit dan terbuka selama 8 jam, Perancis akhirnya takluk dan Napoleon mundur bersama tentaranya ke Paris.
Peristiwa ini juga sekaligus menjadi kekalahan terakhir Napoleon, karena setelahnya itu ia diasingkan oleh Inggris ke pulau Saint Helena yang berada di lautan Atlantik, sekitar 2000 km dari Afrika. Napoleon menghabiskan waktunya selama 6 tahun terakhir di pulau tersebut, sebelum meninggal pada tanggal 5 Mei 1821.
Menandai peristiwa bersejarah ini, di kawasan Waterloo dapat dijumpai monumen peringatan berbentuk bukit dengan patung Singa menghadap kota Paris di puncaknya. Monumen yang diberi nama Butte de Lion yang dibangun oleh pemerintah Belgia sebagai objek sejarah dan wisata. Selain itu terdapat berbagai monumen lain disekitarnya yang dibangun oleh Inggris, Prusia dan Rusia.
Untuk membangkitkan minat sejarah dan memahami situasi peperangan saat itu serta menarik wisatawan, setiap bulan Juni dilakukan rekonstruksi pertempuran di lokasi sesungguhnya. Dengan membayar 5 euro per orang (dewasa) dan 3 euro (anak-anak), para pengunjung dapat melihat suasana peperangan secara live, termasuk perkemahan para tentara yang dibangun di sekitar kawasan ”pertempuran”.
Sekitar 1.200 sukarelawan berperan sebagai tentara Perancis dan tentara gabungan pimpinan Jenderal Wellington dari Inggris dan Marsekal Blucher dari Prusia. Berbagai atribut pertempuran di tahun 1815 ditampilkan kembali dan dibuat mirip aslinya seperti seragam tentara dan warga setempat yang membantu saat pertempuran, pedang, pistol, senapan, jenis kuda yang ditunggangi, termasuk pula tampilan jenggot dan kumis para pemerannya.
Sejak pukul 8 pagi para penonton sudah memgambil posisi strategis di tepi perladangan yang akan dipergunakan sebagai tempat rekonstruksi. Sekitar pukul 9 ”tentara” yang akan bertempur sudah siap di posisi yang sesuai dengan formasi pertempuran sesungguhnya. Sejam kemudian pertempuran pun dimulai, letusan meriam ditembakkan berulang-ulang, asap mesiu pun mengepul ke udara. Bau mesiu bercampur rumput dan kotoran kuda tercium sangat kental.
Semua kegiatan digarap serius dan dibuat seperti pertempuran sesungguhnya. Selama 2 jam penonton seolah dibawah kembali ke tanggal 18 Juni 1815, ketika Perancis dikeroyok oleh kekuatan sekutu Inggris, Prusia, Rusia, dan Austria, serta didukung Belanda, Spanyol dan Italia.
Mungkin belum terbayangkan pada saat itu, jika sekian puluh tahun kemudian, terutama saat Perang Dunia I dan II, Perancis justru menjadi sekutu negara-negara yang dulu mengeroyoknya. Bahkan Perancis bersama-sama Jerman, Italia Belanda dan Belgia dikenal sebagai negara pendiri Masyarakat Ekonomi Eropa, cikal bakal Uni Eropa saat ini. Semua ini memperlihatkan bahwa tidak ada yang kekal dalam suatu persekutuan, yang abadi justru adalah kepentingan itu sendiri.
Peristiwa ini juga sekaligus menjadi kekalahan terakhir Napoleon, karena setelahnya itu ia diasingkan oleh Inggris ke pulau Saint Helena yang berada di lautan Atlantik, sekitar 2000 km dari Afrika. Napoleon menghabiskan waktunya selama 6 tahun terakhir di pulau tersebut, sebelum meninggal pada tanggal 5 Mei 1821.
Menandai peristiwa bersejarah ini, di kawasan Waterloo dapat dijumpai monumen peringatan berbentuk bukit dengan patung Singa menghadap kota Paris di puncaknya. Monumen yang diberi nama Butte de Lion yang dibangun oleh pemerintah Belgia sebagai objek sejarah dan wisata. Selain itu terdapat berbagai monumen lain disekitarnya yang dibangun oleh Inggris, Prusia dan Rusia.
Untuk membangkitkan minat sejarah dan memahami situasi peperangan saat itu serta menarik wisatawan, setiap bulan Juni dilakukan rekonstruksi pertempuran di lokasi sesungguhnya. Dengan membayar 5 euro per orang (dewasa) dan 3 euro (anak-anak), para pengunjung dapat melihat suasana peperangan secara live, termasuk perkemahan para tentara yang dibangun di sekitar kawasan ”pertempuran”.
Sekitar 1.200 sukarelawan berperan sebagai tentara Perancis dan tentara gabungan pimpinan Jenderal Wellington dari Inggris dan Marsekal Blucher dari Prusia. Berbagai atribut pertempuran di tahun 1815 ditampilkan kembali dan dibuat mirip aslinya seperti seragam tentara dan warga setempat yang membantu saat pertempuran, pedang, pistol, senapan, jenis kuda yang ditunggangi, termasuk pula tampilan jenggot dan kumis para pemerannya.
Sejak pukul 8 pagi para penonton sudah memgambil posisi strategis di tepi perladangan yang akan dipergunakan sebagai tempat rekonstruksi. Sekitar pukul 9 ”tentara” yang akan bertempur sudah siap di posisi yang sesuai dengan formasi pertempuran sesungguhnya. Sejam kemudian pertempuran pun dimulai, letusan meriam ditembakkan berulang-ulang, asap mesiu pun mengepul ke udara. Bau mesiu bercampur rumput dan kotoran kuda tercium sangat kental.
Semua kegiatan digarap serius dan dibuat seperti pertempuran sesungguhnya. Selama 2 jam penonton seolah dibawah kembali ke tanggal 18 Juni 1815, ketika Perancis dikeroyok oleh kekuatan sekutu Inggris, Prusia, Rusia, dan Austria, serta didukung Belanda, Spanyol dan Italia.
Mungkin belum terbayangkan pada saat itu, jika sekian puluh tahun kemudian, terutama saat Perang Dunia I dan II, Perancis justru menjadi sekutu negara-negara yang dulu mengeroyoknya. Bahkan Perancis bersama-sama Jerman, Italia Belanda dan Belgia dikenal sebagai negara pendiri Masyarakat Ekonomi Eropa, cikal bakal Uni Eropa saat ini. Semua ini memperlihatkan bahwa tidak ada yang kekal dalam suatu persekutuan, yang abadi justru adalah kepentingan itu sendiri.
2 comments:
wahhhhh..kalo sejarah ada rekonstruksinya yg digarap serius spt itu, saya pasti akan suka pelajaran sejarah.. .
saya selalu menyukai Napoleon....ga tau kenapa...tapi saya selalu enjoy liat film2 nya....aseek ya bisa ngeliat peringatan pertempuran waterloo
Post a Comment