Harus diakui bahwa para pendiri Uni Eropa (UE) sesungguhnya merupakan orang-orang yang memiliki pandangan jauh ke depan. Berawal dari gagasan Robert Schuman untuk membentuk suatu pasar bersama untuk baja dan batu bara Eropa pada tanggal 9 Mei 1950, maka 58 tahun kemudian gagasan tersebut ternyata mewujudkan suatu integrasi Masyarakat Eropa yang memiliki kekuatan cukup solid.
Menilik sejarahnya, pencapaian UE saat ini merupakan suatu raihan yang luar biasa. Hal ini mengingat bahwa Eropa sempat terpuruk akibat Perang Dunia kedua dan terbelah antara blok timur dan barat di era perang dingin. Bercermin dari masa lalu dan menengok keberhasilan yang dicapainya, selain berupaya mewujudkan Masyarakat Eropa yang sejahtera, UE juga ingin berperan dalam tata pergaulan internasional di era global dewasa ini.
Untuk menuju kesana bukannya tanpa masalah. Secara internal UE masih dihadapkan pada upaya pembenahan ke dalam, terutama yang terkait dengan ratifikasi Traktat Lisbon, suatu traktat yang disepakati sebagai jalan keluar dari penolakan rancangan Konstitusi Eropa sebelumnya. Traktat Lisbon menjadi penting karena dipandang sebagai konstitusi mini yang akan menjadi peta jalan masa depan UE.
Seandainya sampai akhir tahun 2008 ini, sesuai target yang ditentukan, Traktat Lisbon disepakati oleh seluruh negara anggotanya, maka mulai 1 Januari 2009 mendatang kita akan melihat suatu postur UE yang berbeda. Parlemen Eropa akan memiliki peran yang lebih besar dalam hal legislasi dan penentuan anggaran. Jabatan Presiden UE tidak lagi dijabat secara bergiliran setiap 6 bulan sekali oleh seorang kepala negara/pemerintahan negara anggota UE, melainkan akan dijabat oleh orang yang dipilih bersama oleh negara anggota untuk masa jabatan 2,5 tahun. Sementara itu, UE juga akan memiliki Dinas Luar Negeri tersendiri yang dipimpin oleh seorang Menlu yang akan mewakili kepentingan seluruh negara anggota UE.
Dengan postur yang berbeda, para pemimpin UE terlihat menginginkan adanya gerak dan langkah yang lebih padu dalam menjawab tantangan global. UE berharap setidaknya dapat menyikapi tiga masalah yang menjadi perhatian utamanya yaitu pemanasan global, peran Eropa di dunia, dan upaya mendorong demokrasi dan partisipasi seluruh komponen masyarakat. Melihat kesungguhan negara anggotanya, harapan tersebut kiranya akan dapat terlaksana dan Eropa akan kembali menjadi pilar utama kekuatan dunia.
Selamat hari Eropa ke-58: 9 Mei 1950 - 9 Mei 2008.
Menilik sejarahnya, pencapaian UE saat ini merupakan suatu raihan yang luar biasa. Hal ini mengingat bahwa Eropa sempat terpuruk akibat Perang Dunia kedua dan terbelah antara blok timur dan barat di era perang dingin. Bercermin dari masa lalu dan menengok keberhasilan yang dicapainya, selain berupaya mewujudkan Masyarakat Eropa yang sejahtera, UE juga ingin berperan dalam tata pergaulan internasional di era global dewasa ini.
Untuk menuju kesana bukannya tanpa masalah. Secara internal UE masih dihadapkan pada upaya pembenahan ke dalam, terutama yang terkait dengan ratifikasi Traktat Lisbon, suatu traktat yang disepakati sebagai jalan keluar dari penolakan rancangan Konstitusi Eropa sebelumnya. Traktat Lisbon menjadi penting karena dipandang sebagai konstitusi mini yang akan menjadi peta jalan masa depan UE.
Seandainya sampai akhir tahun 2008 ini, sesuai target yang ditentukan, Traktat Lisbon disepakati oleh seluruh negara anggotanya, maka mulai 1 Januari 2009 mendatang kita akan melihat suatu postur UE yang berbeda. Parlemen Eropa akan memiliki peran yang lebih besar dalam hal legislasi dan penentuan anggaran. Jabatan Presiden UE tidak lagi dijabat secara bergiliran setiap 6 bulan sekali oleh seorang kepala negara/pemerintahan negara anggota UE, melainkan akan dijabat oleh orang yang dipilih bersama oleh negara anggota untuk masa jabatan 2,5 tahun. Sementara itu, UE juga akan memiliki Dinas Luar Negeri tersendiri yang dipimpin oleh seorang Menlu yang akan mewakili kepentingan seluruh negara anggota UE.
Dengan postur yang berbeda, para pemimpin UE terlihat menginginkan adanya gerak dan langkah yang lebih padu dalam menjawab tantangan global. UE berharap setidaknya dapat menyikapi tiga masalah yang menjadi perhatian utamanya yaitu pemanasan global, peran Eropa di dunia, dan upaya mendorong demokrasi dan partisipasi seluruh komponen masyarakat. Melihat kesungguhan negara anggotanya, harapan tersebut kiranya akan dapat terlaksana dan Eropa akan kembali menjadi pilar utama kekuatan dunia.
Selamat hari Eropa ke-58: 9 Mei 1950 - 9 Mei 2008.
Tulisan terkait lainnya:
UE dan model integrasi kawasan
6 comments:
Asia apa bisa bikin Uni Asia ya Pak?
@Mas Yus: dibanding Uni Asia, (Uni)ASEAN lebih realistis dan sedang mengarah kesana.
Meski manfaatnya belum jelas benar, saya berharap Uni Asean bisa betul2 terwujud.
Tapi mungkinkan segera terwujud dengan meruncingnya hubungan persahabatan antar sejumlah negara ASEAN? Contoh kasus kecil: indonesia-malaysia, myanmar, thailand selatan, dll...
@Mas Yus: Secara mikro manfaat ASEAN memang tampaknya belum dirasakan oleh masyarakat di negara anggota (kecuali bebas visa), namun dalam skala makro terlihat adanya stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Dgn adanya stabilitas ini negara2 ASEAN dimungkinkan utk berpacu melakukan pembangunan tanpa terlalu dikhawatirkan oleh ancaman politik dan keamanan dari negara2 di luar kawasan.
Perwujudan integrasi juga ASEAN terus berlangsung, salah satunya adalah dgn akan diratifikasinya Piagam ASEAN oleh seluruh negara anggotanya (diharapkan akhir tahun 2008 ini selesai). Adanya Piagam ASEAN sendiri menjadi suatu pencapaian luar biasa, karena akan menjadikan ASEAN sbg suatu bentuk kerjasama kawasan yg didasarkan pada kerangka hukum yg jelas.
Harapannya tentu saja agar setiap permasalahan di ASEAN dapat diselesaikan secara damai berdasarkan ketentuan hukum yang disepakati bersama.
hebat mas kalau UNI ASEAN terbentuk. yang saya pikirkan, bahasanya gemana ya? terus bagaimana menyeragamkan fokus politik dunianya yang berbeda-beda. Trusss apakah mungkin mata uangnya nanti bisa seragam kaya EURO itu? Ah..mudah2an ini cuma sikap pesimistis sy sj yg parno...
@Mbak Susan: Utk masalah bahasa sudah disepakati utk menggunakan bahasa Inggris sbg bahasa resmi. Alasannya pragmatis saja krn bhs ini sudah dipergunakan sejak lama dlm pertemuan2 ASEAN. Selain itu juga utk menekan biaya penterjemahan yg akan sangat besar, seperti yg dialami UE dgn 22bahasanya.
Utk menyamakan persepsi politik, bisa digunakan berbagai mekanisme pertemuan yg ada, khususnya ASEAN Summit.
Utk menyamakan mata uang seperti Euro? Bisa saja sich, kan sdh ada presedennya yaitu UE.
Post a Comment