17.8.06

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal tentang pemindahan kekuasaan dan lain-lain dilaksanakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Membaca dua kalimat singkat di atas, ingatan kita tentu akan kembali ke tahun 1945 saat Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Ketika teks Proklamasi tersebut dibacakan, bangsa Indonesia jelas-jelas secara de facto masih berada dibawah pendudukan Jepang. Secara de jure, dengan kekalahan Jepang dari tentara Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, maka semua daerah pendudukan Jepang menjadi daerah pendudukan Sekutu dimana Belanda sebagai salah satu kekuatan Sekutu sedang menunggu saat tepat untuk menduduki Indonesia kembali. Sehingga dapat dikatakan kalau saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk menyatakan kemerdekaan. Terlebih lagi bahwa saat itu para pendiri Republik sesungguhnya sedang menggodok konsep dasar negara dan rancangan UUD 1945 pada sidang-sidang BPUPKI dan PPKI di gedung Tyuoo Sangi-In (Gedung Pancasila) Jakarta dari tanggal 28 Mei – 22 Agustus 1945.

Bahwa sejarah mencatat pernyataan Proklamasi dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, hal tersebut sesungguhnya tidak terlepas dari diplomasi Rengasdengklok golongan muda Chairul Saleh. Melalui diplomasi Rengasdengklok, kedua tokoh pemimpin bangsa diyakinkan untuk menyatakan kemerdekaan tanpa melalui PPKI yang dipandang sebagai bentukan Jepang. Pilihan kata pada teks Proklamasi itu sendiri juga sangat menarik mengingat kata yang dipergunakan adalah menyatakan (to declare). Kata tersebut memiliki makna sebagai suatu tindakan sepihak yang tidak memerlukan ijin pihak lain. Bagi para pendiri bangsa, pilihan kata ini tampaknya tidak terlepas dari keberanian dan keyakinan yang amat kuat yang muncul dari pengalaman bangsa Indonesia hidup beratus-ratus tahun dibawah penjajahan.

Kini di tahun 2006, masihkah keberanian dan keyakinan yang amat kuat dari para pendiri bangsa dimiliki oleh para pemimpin dan anak bangsa Indonesia?. Suatu pertanyaan yang mungkin tidak mudah dijawab jika memandang situasi dan kondisi bangsa Indonesia dewasa ini. Berbagai carut marut dan keterpurukan yang berkepanjangan, mengakibatkan proses pengelolaan kehidupan berbangsa menjadi tersendat sebagai akibat munculnya berbagai faktor seperti menguatnya kecenderungan disintegrasi bangsa. Untuk itu sejalan dengan disetujuinya hasil Perubahan UUD 1945, akan terasa bijak bagi kita semua jika peringatan HUT Proklamasi RI ke-61 tanggal 17 Agustus 2006 dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk menyatakan kembali (redeclare) kemerdekaan Indonesia baru guna melihat kembali kebangsaan dan keindonesiaan.

Dalam hubungan tersebut di atas dan dengan memanfaatkan momentum HUT Proklamasi dan juga tanggal kelahiran saya, saya proklamirkan blog ini sebagai a personal diary. A daily pulpit. A collaborative space. A political soapbox. A breaking-news outlet. A collection of links. My own private thoughts. Memos to the world. Singkatnya blog ini merupakan catatan terbuka dengan isi dan sajian gado-gado, seperti pedagang kaki lima menggelar beragam dagangannya. Kenapa pedagang kaki lima? Dalam pandangan saya, pedagang kaki lima merupakan pedagang yang cukup memiliki keberanian untuk berjuang mempertahankan hidup. Meski modal kecil dan seringkali digusur aparat keamanan, namun tetap dapat bertahan. Bahkan terbukti bahwa ketika negara kita mengalami krisis ekonomi, pedagang kaki lima tetap mampu bertahan. Merdeka!!!

4 comments:

Anonymous said...

Selamat atas pelucuran blog-nya, semoga dapat terus diisi dengan berbagai ide-ide yang dapat menumbuhkan semangat menulis dan berdiskusi demi kemajuan bangsa dan negara.

Merdeka Indonesia
Selamat Ultah Bpk Aris Heru
Sukses selalu.

Anonymous said...

Untuk sahabatku AHU.

Salut dan Selamat deh, atas karya dan baktinya untuk Negeri Tercinta Indonesia, Semoga langkah dan semangatnya diikuti oleh generasi tua dan muda juga bocah-bocah kita.

oh ya ditunggu ide-ide cemerlangnya
met ultah juga, semoga tambah bahagia dan ceria.

Salam Buat Keluarga
Salam Merdeka,
sekali Merdeka
tetap Merdeka


Tika Sholihin
Tokyo

Anonymous said...

Merdeka.

ingat 17 agustus di tahun kita kuliah di aksara, sepulang upacara peringatan proklamasi republik tercinta ini, kita berdua naik kendaraan umum menuju istana merdeka, dilapangan monas kita membaur dengan para pedagang kaki lima dan para tentara yang berjaga, begitu akrabnya mereka tanpa rasa takut, ya kenangan lama yang selalu saya ingat. 20 tahun yang lalu.
Salut bung, perjuangan masih panjang.

met ultah, salam kangen dari pinggiran jakarta. itnas.

Anonymous said...

belated happy b'day! congrat ya buat peluncuran blognya. Terus berkarya (duile, family 100 bener yak :P) Inget: kualitas sebuah tulisan itu BUKAN HANYA ditentukan oleh udah dimuat di koran ternama ato belon, tapi gimana itu tulisan bisa bermakna buat yang ngebacanye. Taelah...gw nih yang ngomong, xixixxixixi (tertawa centil)

Ana di Lembah Lebar Daratan Tirai Bambu