"Ach pemerintah bisanya cuma melarang penumpang naik di atas gerbong, tanpa bisa menyediakan gerbong yang cukup. Coba kalau gerbongnya cukup, kita kan gak bakalan naik di atap gerbong", begitu komentar para penumpang menanggapi tindakan PT KAI (Kereta Api Indonesia) untuk menertibkan penumpang di atas kereta.
Pertanyaan tersebut seperti mana dulu telor atau ayam? Tanpa jawaban yang pasti, permasalahan seperti di atas memang akan terus berputar-putar dan cuma bisa saling menyalahkan.
Calon penumpang tidak mau ketinggalan kereta agar bisa segera sampai tujuan, walau untuk itu rela bergelantungan dan bertaruh nyawa di atas gerbong.
Sementara PT KAI, atas nama keterbatasan, sulit untuk menyediakan infrastruktur kereta baik gerbong maupun rel secara cepat.
Jadi solusinya bagaimana? Kalau saya, daripada memaksakan diri, sebaiknya calon penumpang mengalah untuk tidak naik ke atap gerbong. Bukan apa-apa, kalau jatuh atau kesambar listrik, yang rugi kan penumpangnya juga. Memangnya PT KAI akan ikut bertanggungjawab sepenuhnya?
dikirim lewat BlackBerry® oleh pemilik blog http://arisheruutomo.com
No comments:
Post a Comment