19.5.11

Blogger Spesialis?

Di dunia kedokteran kita sering mendengar dan melihat dokter-dokter yang memiliki spesialisasi sesuai dengan pendidikan keahlian yang didapatnya. Ada dokter spesialis anak, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin atau dokter spesialis bedah tulang. Bahkan dalam profesi kewartawanan pun terdapat spesialisasi sesuai bidang kerjanya seperti wartawan olah raga, wartawan politik, wartawan ekonomi, hingga wartawan amplop (hehehe kalau yang terakhir cuma guyonan)

Jika dilihat dari tujuannya, spesialisasi dilakukan guna memusatkan perhatian pada suatu bidang tertentu untuk mendapatkan kedalaman dalam melaksanakan tugas dan kegiatan tertentu

Kalau dari beberapa contoh profesi yang sebut di atas memiliki spesialisasi di bidangnya, lalu bagaimana dengan blogger?

Belum lagi saya sempat memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, rekan saya yang bernama Anto, seorang mantan blogger yang pensiun dini, langsung menyela "Weit tunggu dulu mas, jangan langsung samakan blogger dengan profesi-profesi tersebut di atas. Blogger kan bukan profesi, cuma pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan karena hobby alias kesenangan."

Apa yang diinterupsikan Anto bisa jadi benar bahwa ngeblog hanya merupakan hobby semata. Tapi di era teknologi informasi yang semakin berkembang, ngeblog bukan lagi sebagai hobby semata tapi sudah menjelma menjadi bisnis besar yang dijalankan oleh orang-orang yang memiliki profesi dan keahlian. Blogger bisa menjadi profesi jika seorang blogger dengan keahliannya mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan ngeblog.

Tapi terlepas ngeblog adalah profesi atau bukan, judul tulisan ini adalah mengenai blogger spesialis. Apa itu blogger spesialis dan apakah perlu seorang blogger menjadi spesialis?

Secara sederhana, blogger spesialis dapat dikatakan sebagai seorang blogger yang mengunggah karya (tulisan, foto ataupun film) di blognya dengan tema-tema tertentu sesuai dengan minat dan keahlian si blogger. Seorang blogger yang memiliki minat besar terhadap dunia sepakbola dan selalu mengungah karya mengenai sepakbola di blognya, maka dapat dikatakan si blogger tersebut sebagai blogger spesialis sepakbola.

Soal perlu atau tidak seorang blogger menjadi spesialis, jawaban saya jelas perlu. Agar blog memiliki ciri dan ceruk tersendiri, spesialisasi atau segmentasi jelas diperlukan. Konten sebuah blog tetap menjadi bagian penting. Blog yang memiliki konten kuat dengan ciri tertentu akan lebih mudah dikenali pembacanya dibanding blog yang sekedar gado-gado (kecuali kalau si pemilik blog adalah selebritis cantik atau ganteng).

Pertanyaan tambahan, apakah spesialisasi blog dapat dikaitkan dengan pembentukan suatu komunitas blogger? Sejauh ini saya belum melihat ada komunitas blogger yang dibentuk karena kesamaan spesialisasi blog. Umumnya komunitas blogger dibentuk karena ada kesamaan daerah, misalnya Komunitas Blogger Bekasi. Belum banyak blogger di Indonesia yang fokus pada tema-tema tersentu, kebanyakan masig blogger umum yang mengunggah karya di blognya dengan tema yang beragam.

Bagaimana dengan Komunitas Blogger ASEAN yang baru dideklarasikan pada tanggal 10 Mei 2011 lalu, kecuali ruang lingkup kawasan yang lebih luas apakah sama dengan komunitas blogger daerah? Bisa jadi Komunitas Blogger ASEAN memang tidak berbeda dengan Komunitas blogger daerah. Hal itu terjadi jika para blogger yang bergabung dalam Komunitas Blogger ASEAN tidak berkeinginan memahami lebih jauh perkembangan ASEAN dan cuma sekedar berkeinginan kopi darat dengan dengan blogger luar negeri.

Bisa jadi apa yang saya pikirkan keliru, karena itu, jika berkenan, anda bisa mengoreksinya disini?



dikirim lewat BlackBerry® sambil menikmati guncangan KRL Gambir-Bekasi oleh pemilik blog http://arisheruutomo.com

1 comment:

restoran jepang said...

My first time visiting this blog, overall this blog quite useful & interesting to read