Sebagai penggemar bubur ayam, jika ada kesempatan pantang rasanya melewati sajian tersebut. Apalagi jika sajian bubur ayamnya berbeda dari umumnya yang ditemukan. Kali ini kesempatan untuk mencicipi sajian bubur ayam dengan rasa beda datang saat menghadiri peluncuran buku "Intelijen Bertawaf Teroris Malaysia dalam Kupasan" karya Marsekal Muda (purn) Prayitno Ramelan di Apartemen Essence (5/11/09). Bubur yang disajikan adalah bubur ayam Betawi yang sepertinya sudah jarang ditemui.
Secara umum tidak banyak perbedaan menyangkut bahan dasar bubur nasi atau yang lebih populer dengan sebutan bubur ayam. Sesuai namanya, bahan dasar bubur tentu saja beras yang dimasak dengan banyak air sehingga menjadi bubur yang lembut. Yang membedakan adalah asesoris yang menyertainya.
Bubur Manado misalnya, asesorisnya adalah sayur-sayuran dan ikan asin yang dicampur jadi satu. Sedangkan asesoris bubur ayam Cirebon adalah kacang kedelai, potongan cakwe, kecap, emping/kerupuk dan tentu saja suwiran daging ayam. Adapun asesoris bubur ayam dari daerah Jawa Tengah agak sedikit berbeda, yaitu kacang kedela, kecap, kerupuk/emping, suwiran ayam plus bumbu kuning.
Nah pada bubur ayam Betawi ada penambahan dalam hal asesori yaitu adanya toge segar, potongan sawi yang dibuat seperti asinan, emping dan kerupuk beras serta bumbu saus kacang seperti yang lazim kita temui pada hidangan nasi uduk. Suwiran daging ayam diganti dengan potongan daging yang telah dioseng-oseng terlebih dahulu sehingga mirip abon.
Ketika bubur nasi dan bumbu kacang berbaur dengan beragam asesoris, terasa perpaduan kenikmatan 3 sajian makanan dalam satu mangkuk alias 3 in 1. Saat menyantap bubur, kita seolah menyantap nasi uduk dan asinan Bogor sekaligus. Rasa nasi uduk tentu saja berasal dari saus kacangnya sementara kenikmatan asinan Bogor berasal dari toge dan sawi yang dipotong kecil-kecil. Emping dan kerupuk merah semakin melengkapi kenikmatan menyantap bubur ayam … kriuk kriuk. Benar-benar maknyus pokoknya.
Selain maknyus, munculnya cita rasa 3 in 1 inilah yang membedakan bubur Betawi dengan bubur dari daerah lain. Hal ini tentu saja bagus untuk memperkaya ragam kuliner di tanah air. Masyarakat pun bisa mengenal dan mencoba beragam bubur ayam tersebut dengan kekhasannya masing-masing. Ya seperti kita mengenal beragam soto: ada soto ayam Pekalongan, Bandung, Surabaya, Banjar, Makassar dan sebagainya.
4 comments:
Sebagai sesama penggemar BURYAM, saya dan swami pasti takkan menolak jika ada undangan mencicipi BURYAM seperti di foto :D
Saya pun tidak pernah mau melewatkan kesempatan icip2 BURYAM di setiap daerah yang baru saya kunjungi.
Tinggal di tanah Betawi sekian lama, kok malah blom pernah nyobain yak? Hiks ...
Makin laper nih, Pak... Ikutan Mbak Ninik.. Saya juga gak nolak :)
Sayang saya gak begitu seneng ama bubur ayam.
enak buburnya
Post a Comment