17.7.09

Alex Fergusson, MU dan Semangat Pantang Menyerah

We are the champions - my friends
And we'll keep on fighting - till the end -
We are the champions -
We are the champions
No time for losers
'Cause we are the champions

Cuplikan tembang “We are the Champion” yang dibawakan Queen terasa pas untuk menggambarkan keberhasilan perjuangan Manchester United (MU) dalam menjadi yang terbaik, tidak hanya di Inggris dan Eropa bahkan Dunia. Sejak ditangani Manajer dan Pelatih Sir Alex Ferguson pada akhir tahun 1986, MU berhasil menjadi salah satu klub tersukses dengan raihan trofi juara yaitu 11 kali Juara Liga Primer Inggris, 2 kali Juara Piala Champion, sekali Juara Piala Interkontinental antar klub dunia, sekali Juara Dunia antar Klub FIFA, 5 kali Juara Piala FA, 3 kali Juara Piala Carling, 7 kali Juara Piala Charity Shield, sekali Juara Piala Winner UEFA.

Semua keberhasilan tersebut tentu saja tidak terlepas dari peran Manajer dan Pelatih Ferguson yang mampu membina dan meracik keahlian pemain-pemainnya dalam satu tim yang solid. Dan tentu saja keberhasilan tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh manajemen klub yang member kepecayaan penuh kepada manajer dan pelatih. Ya kalau saja manajemen klub tidak mendukung Ferguson, sudah sejak lama ia didepak dari MU. Hal ini bisa terjadi karena dalam tahun-tahun awal kepelatihannya di MU pencapaian prestasinya tidaklah seperti yang kita lihat seperti data di atas. Ketika mulai melatih MU, kesebelasan Setan Merah tersebut hanya menduduki posisi 11 klasemen dan sering gagal dalam perebutan juara Piala FA dan Piala Charity Shield.

Namun dengan semangat pantang menyerah dan disiplin tinggi, semua kendala akhirnya dapat diatasi satu persatu. Banyak kejadian yang memperlihatkan semangat pantang menyerah dari MU. Contoh paling anyar adalah perjuangan MU dalam merebut gelar juara Liga Primer musim kompetisi 2008/2009. Setelah tersendat di awal musim dan tertinggal oleh Liverpool hingga setengah musim kompetisi, MU tidak menyerah dalam perburuan gelar juara bahkan permainannya semakin stabil dan terus berada di jalur kemenangan. Hasilnya pada akhir musim MU dapat mengungguli Liverpool hingga selisih 7 poin.

MU sepertinya menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada ruang bagi pihak yang kalah. Seberapapun pihak yang kalah menyatakan diri sebagai yang terbaik, hanya pemenang lah yang selalu mendapat apresiasi lebih besar. Apresiasi bukan hanya kepada klub, tetapi seluruh pemain, pelatih dan semua personil pendukung. Karenanya akan sangat sulit melihat MU bertanding asal-asalan dan memberikan kemenangan kepada lawan-lawannya. Kalau dalam suatu pertandingan MU mengalami kekalahan, maka hal tersebut terjadi karena lawannya memang lebih baik pada saat pertandingan.

Bahwa MU punya semangat tinggi untuk keep on fighting sebenarnya bukan hanya saat kompetisi berlangsung, bahkan sebelum musim kompetisi dimulai semangat tersebut sudah diperlihatkan. Saya ingat apa yang dikatakan Manajer dan Pelatih Alex Ferguson di awal musim 2008/2009 lalu dalam upayanya merebut gelar juara Liga Primer Inggris untuk ke-18 kalinya: “I think it will come (to get the trophy). This side’s young. It’s developing all the time. It’s a good young team and there are plenty of years left in them. They’ll do it in their own time.”

Ferguson memang tidak pernah ragu akan kemampuan bertarung timnya. Meski pemainnya banyak yang masih berusia muda, namun soal kemampuan dan mental bermain bola tidak perlu diragukan. Ferguson, yang telah menukangi MU lebih dari 22 tahun, memiliki pandangan tajam dalam melihat kemampuan dan kebintangan seorang pemain sepakbola sekaligus mengasah kemampuan bermain para pemainnya.

Karenanya Ferguson tidak pernah risau dengan kepergian bintang-bintangnya. Sebagai contoh, ketika ditahun 1992 banyak pemain intinya yang pindah ke klub lain, ia segera merekrut Eric Cantona yang saat itu masih merupakan pemain cadangan di Leeds United. Dibawah gemblengan Ferguson, Eric Cantona menjadi bintang dan pemain yang disegani kawan dan lawannya. Bahkan ketika MU mulai menjadi langganan juara Liga Primer Inggris, para pendukung Setan Merah pun kemudian menjuluki Cantona sebagai Eric The King.

Ketika Eric Cantona akhirnya pensiun di tahun 1996, MU tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan penggantinya yang sepadan. Sang pelatih melihat kebintangan baru di diri David Beckham. Ketika pada akhirnya Bechkam yang telah menjadi bintang berkilau hijrah ke Real Madrid pada tahun 2003, MU pun kembali mendapatkan bintang baru yaitu Cristiano Ronaldho.

Kini ketika Ronaldo pada akhirnya juga pergi ke Real Madrid, MU bergeming untuk mendapatkan pemain bintang dengan harga mahal namun tidak sesuai kebutuhan klub. Maka ketika tawaran MU merekrut David Villa dari Valencia dan Frank Ribbery dari Bayern Munchen ditolak oleh pemain dan klub yang bersangkutan, Ferguson memutuskan untuk mengakhiri perburuan pemain bintang.

Ferguson lebih memilih utnuk menguatkan semangat timnya agar tidak menyerah meski tidak ada bintang baru di MU. Ferguson percaya bahwa dengan sebagian besar kekuatan tim tahun lalu ditambah 3 rekrutan baru (salah satunya Michael Owen) MU masih layak diperhitungkan untuk kembali mempertahankan gelar juara. Ya dengan semangat pantang menyerah yang dimilikinya serta Ferguson sebagai arsiteknya, MU tetap berpeluang besar mempertahankan gelar juara yang telah diraihnya.

Untuk itu selamat datang MU di Jakarta, selamat melakukan pertandingan persahabatan dengan kesebelasan nasional Indonesia pada tanggal 20 Juli 2009 di Stadion Gelora Bung Karno. Sebagai salah seorang penggemar MU adalah suatu kebahagian luar biasa bila dapat melihat secara langsung bintang-bintang MU merumput di Senayan. Dan hal ini tentu saja menjadi bahan mengasyikan untuk menuliskan laporannya di blog sebagai bagian dari Jurnalisme Warga. Tidak terbayangkan berapa besar ongkos yang harus dikeluarkan jika saya harus menonton langsung di stadion kebanggaan MU, Old Traforfd di Manchester. Sesuai julukan Stadion Old Traford yaitu “Theater of Dream”, mungkin cuma mimpi saja saya bisa hadir disana.

UPDATE Pukul 14.40 WIB:

Peristiwa peledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan JW MArriot pagi ini pukul 07.45 mengakibatkan kunjungan MU ke Jakarta dibatalkan. MU khawatir akan keselamatan pemainnya. Dengan penundaan ini semakin panjang pula impian para penggemar MU untuk menyaksikan langsung para pemain favoritnya merumput.


2 comments:

Bayu Probo said...

Proficiat Fergusson. Sayang ya, dia gak jadi ke Indonesia.

Aris Heru Utomo said...

Iya amat disayangkan, apalagi lewat tulisan ini saya dapat tiket gratsi nonton MU dari Kompas.