22.6.08

Pelajaran Belanda

Marco van Basten cuma bisa termangu diakhir pertandingan, ketika tim orange terkulai dicabik-cabik beruang merah dalam babak perempat final piala Eropa 2008. Belanda yang di babak penyisihan terlihat garang, melawan Rusia justru tidak terlihat sama sekali kegarangan dan kreatifitasnya. Tidak ada pesta gol ke gawang lawan, justru gawang Van der Saar lah yang kebobolan tiga kali, sementara Belanda cuma memasukkan satu gol lewat Van Nistelroy.

Sekali lagi, kata sakti di dunia sepakbola membuktikan kebenarannya bahwa ”bola itu bundar”. Apapun bisa terjadi sebelum waktu resmi pertandingan berakhir. Lalu pelajaran apa yang bisa diambil?

Jangan cepat-cepat menjagokan satu tim menjadi juara, begitu komentar rekan saya yang tadinya menjagokan negeri kincir angin tersebut. Saya sedang pikir-pikir untuk mendukung Jerman atau Itali, ujarnya dengan santai.

Mungkin itu juga yang ada dibenak Cristiano Ronaldo yang berkeinginan hijrah ke Real Madrid dari Machester United (MU). Ia tampaknya tidak yakin kalau MU bisa berjaya kembali mempertahankan gelar juara Liga Inggris dan meraih kembali Piala Champion pada musim ini dan mendatang.

Masih tentang Ronaldo, sepertinya ada yang luput dari perhatian pengamat sepakbola mengenai keinginan kepindahannya yaitu faktor Luis Felipe Scolari. Seperti diberitakan media, Scolari merupakan salah seorang yang menyarankan agar Ronaldo pindah klub guna lebih mengembangkan karir sepakbolanya.

Mungkin saja Scolari tulus dalam memberikan nasihat. Namun melihat Scolari baru saja ditunjuk sebagai pelatih Chelsea, tim yang bersaing ketat dengan MU selama hampir satu dasawarsa terkahir, tidak tertutup kemungkinan adanya agenda tersembunyi. Dengan Ronaldo pindah dari MU, maka tugas Scolari akan lebih mudah untuk menggulingkan klub berjuluk setan merah tersebut dari puncak. Sebaliknya, jika Ronaldo tetap di MU, Scolari tentu akan berpikir keras dalam memperkuat barisan pertahanan Chelsea dan menghentikan kelincahan kaki Ronaldo.

Kembali ke Belanda, pelajaran lain yang bisa dipetik adalah bahwa gaya total football yang selama ini menjadi trade marknya, ternyata bisa diadopsi dengan baik oleh Rusia yang dilatih Gus Hidink. Pelatih asal Belanda ini rupanya bertangan dingin, sehingga sukses membawa Rusia, bukan saja lolos ke Piala Eropa, tapi justru membawanya ke babak semi final. Sebelumnya di Piala Dunia 2002, ia juga sukses membawa Korea Selatan ke babak semi final. Di Piala Dunia 2006 ia juga sukses membawa Australia menjadi kesebelasan yang ditakuti, dan hanya kalah oleh penalti kontroversial Totti di babak perempat final. Karenanya, bukan tidak mungkin kali ini Rusia bisa masuk final mengalahkan Spanyol atau Itali.

Oops ... anda jangan buru-buru menyarankan Gus Hidink melatih kesebelasan Indonesia dan menerapkan gaya total football. Mungkin saja dia bisa melakukannya, tapi dibutuhkan kemampuan di luar batas kewajaran sebagai seorang pelatih. Pertama, Gus Hidink harus bisa menjadi ketua PSSI menggantikan Nurdin Halid yang sedang meringkuk di penjara. Hal ini tentu saja bakalan menyulitkannya, wong pemerintah saja tidak mampu mengganti Nurdin Halid apalagi wong londo. Kedua, ia harus membangun kompetisi yang baik dan meyakinkan Pemda untuk merubah kesebelasan yang ikut kompetisi menjadi profesional dan tidak mengandalkan dana APBD. Dana APBD bisa dialihkan untuk menunjang kegiatan lain, misalnya pendidikan di daerah.

o ya, Gus Hidink juga pasti akan direpotkan oleh Gus-Gus lainnya. Kalau semasa menjadi pelatih timnas Indonesia dan ternyata ada ketidakcocokan, bisa-bisa akan ada permintaan muktamar dari Dewan Syuro Dewan Penasihat PSSI, apalagi salah seorang Gus pernah menjadi pengamat sepak bola. Ujung-ujungnya akan terjadi perpecahan dan muncul (setidaknya) 2 kubu: pro Gus Hidink dan pro Gus lainnya.

Terima kasih Belanda untuk aksi menghibur selama babak penyisihan. Sekarang giliran Jerman, Turki, Rusia dan (feeling saya sich) Itali untuk menuntaskan babak semi final dan final dengan ciamik. Mudah-muahan Meneer van Basten bisa tidur nyenyak dan tidak dihantui mimpi buruk didepak total footbal gaya Rusia.

6 comments:

r. arisusanto said...

weleh.....
kayak era reformasi saja mas, sampai pertandingan ketiga babak quarter final, kesebelasan yang runner up melaju ke babak semi final, melibas yang juara grup.

kayaknya kemenangan dengan gol banyak membuat pasukan muda belanda terlena, begitu jatuh...rasanya sakit dan sulit untuk bangkit kembali...

posisi masih menjagokan jerman, tapi karena bola itu bundar, bisa jadi rusia atau turki yang menang..

namun kalau itali yang menang, rasanya penonton akan mengenang piala dunia kemarin saat itali di awal babak sebelumnya terseok2, namun beruntung maju ke final dan menang..

bola emang bundar....
mana2 yang menang bandar...

Anonymous said...

saya sudah gak berminat lagi nonton EUro 2008. Pertama Inggris amblas, kedua Jerman juga..halahhhhh.. ehh trus Belanda.. hhhhhhhhh.... bola itu memang bundar....

Anonymous said...

saya sudah gak berminat lagi nonton EUro 2008. Pertama Inggris amblas, kedua Jerman juga..halahhhhh.. ehh trus Belanda.. hhhhhhhhh.... bola itu memang bundar....

Anonymous said...

@Mas Santo: ya keberuntungan enggak bersama Itali kali ini. Spanyol lebih untung dalam adu pinalti.

@Mbak Susan: Saya sich masih minat nonton euro 2008, tapi gak bisa selalu ngikutin ... sibuk persiapan mudik. btw Jerman masih bertahan lho hingga semi final

Anonymous said...

Hiddink dibilang penghianat, then?

Anonymous said...

@Mbak Gita: live must go on. Hiddink kan cuma ingin bersikap profesional sbg pelatih. lagian nasionalisme dlm olahraga sifatnya lebih universal.