22.1.08

Mobil

Setiap kali diadakan pameran mobil, masyarakat suatu kota biasanya berduyun-duyun untuk menyaksikan produk industri otomotif terkini. Seperti masyarakat di kota lainnya, masyarakat Belgia pun tidak ketinggalan untuk menyaksikan European Motor Show Brussels, 2008, salah satu pameran produk otomotif terbesar di Eropa. Meski harus membayar tiket masuk sebesar 12,5 Euro/orang, hal tersebut tidak mengurangi minat masyarakat Belgia untuk menyaksikan pameran yang digelar setahun sekali. Ruang pameran penuh sesak dipadati pengunjung yang begitu antusias ingin melihat dan mencoba berbagai produk otomotif terbaru.

Melihat-lihat mobil-mobil yang dipajang, mulai dari kendaraan fungsional dengan harga ekonomis hingga kendaraan super mewah dengan harga selangit, saya jadi teringat kembali fungsi mobil ketika pertama kali dibuat. Ketika itu, dengan mesin uap sebagai penggeraknya, pembuatan mobil dimaksudkan sebagai alat transportasi yang lebih cepat dan kuat, menggantikan alat transportasi yang digerakkan hewan. Seiring perkembangan teknologi, tenaga penggerak mobil pun bukan lagi uap air, tetapi menjadi bensin, diesel, biofuel dan bahkan tenaga surya. Umat manusia pun merasa beruntung dengan adanya mobil, karena tentu saja membantu seseorang bergerak dengan cepat, dengan barang bawaan yang besar dan tingkat kenyamanan yang lebih baik.

Seiring kemajuan teknologi pula, mobil tidak lagi dipandang sebagai alat transportasi semata, tetapi juga menjadi simbol status dan indicator kelayakan. Seseorang yang memiliki Porsche Carrera GT4 akan dipandang lebih sukses dibandingkan dengan seseorang yang cuma memiliki Citroen Scenic misalnya. Kepemilikan mobil pun tidak lagi terbatas pada sebuah mobil per keluarga, tetapi bisa beberapa mobil sesuai “kebutuhan”nya. Sehingga tidak mengherankan jika di suatu keluarga dapat dijumpai lebih dari satu kendaraan yang diparkir di garasi atau halaman rumah.

Pergeseran tersebut tampaknya akan terus berlangsung sesuai tingkat kemapanan ekonomi penduduk suatu masyarakat. Bagi suatu masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian yang mapan, masyarakat Belgia misalnya yang memiliki pendapatan per kapita sebesar 33.000 dollar AS, kepemilikan mobil menjadi hal yang lumrah sebagai alat transportasi dan bukan dipandang sebagai barang mewah. Dalam konteks ini, keluarnya suatu produk otomotif yang dikategorikan sebagai mobil mewah sebenarnya juga tidak mengherankan karena memang dimaksudkan untuk mengisi ceruk kebutuhan sebagian masyarakat di negara maju, yang memiliki pendapatan jauh di atas rata-rata pendapatan per kapita. Mereka-mereka inilah yang menginginkan tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dari sebuah mobil. Karenanya menjadi hal yang lumrah pula, jika mobil-mobil mewah pun laris di pasaran dan berkeliaran di jalan-jalan utama.

Namun akan menjadi aneh jika mobil-mobil mewah ternyata juga berkeliaran di jalanan kota-kota yang penduduknya masih banyak yang miskin. Di negeri kita misalnya, ditengah sebagian besar upaya masyarakatnya untuk berjuang hidup secara layak, berita masuknya mobil mewah ke Indonesia bukanlah hal yang baru. Berita lawas disini misalnya menyebutkan adanya upaya memasukkan dua sedan Mercedes Benz model S-500 dan S-320 dan satu Rolls Royce model Silver Spur II secara illegal. Masuknya mobil-mobil mewah, baik resmi maupun setengah resmi, menjadikan mobil mewah mudah dijumpai. Hal ini diakui oleh Ndoro Sugih yang mobilnya sering disalip mobil-mobil mewah sekelas Jaguar atau Ferrari dengan kapasitas mesin di atas 3.000 cc.

Bagi saya yang sering merasakan kemacetan Jakarta, baik di jalan protokol maupun tol, susah rasanya membayangkan mengendarai sebuah mobil mewah dengan nyaman. Pertama saya belum pernah punya mobil mewah. Kedua, bagaimana mau nyaman jika baru keluar jalan raya saja sudah harus siap-siap berebut ruang jalan dengan kendaraan lainnya. Dengan jumlah panjang jalan yang tidak seimbang dengan jumlah kendaraan, maka tentu saja kita harus siap diserempet kendaraan lain seperti metro mini atau diseruduk motor. Belum lagi jika berhenti diperempatan dan bertemu pengamen, seperti kata Mas Iman, siap-siap saja digores mobilnya dengan paku.

Sebetulnya bukan cuma itu, ada hal lain yang patut menjadi perhatian yaitu masalah ketimpangan. Sulit rasanya menikmati kemewahan sebuah mobil ketika menyadari bahwa sebagian besar anggota masyarakat masih harus berebut mendapatkan transportasi umum dengan standar kelayakan minimal. Ketimpangan ini yang tampaknya terus mengemuka seiring meningkatnya jumlah mobil mewah di Indonesia. Saya tidak tahu persis berapa jumlah mobil mewah yang ada di Indonesia. Namun menurut Depkeu jumlahnya terus meningkat sebesar 5-10% per tahunnya.

Terus meningkatnya mobil mewah yang masuk per tahunnya, mestinya dapat menguntungkan pemerintah yang dapat memperoleh pajak impor mobil mewah yang lebih tinggi dibanding kendaraan umum. Besarnya pendapatan pajak impor mobil mewah semestinya pula dapat dimanfaatkan untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan raya dan angkutan transportasi umum.

Dengan infratruktur jalan raya yang terpelihara baik dan memadai, serta masyarakat yang sudah dapat menikmati transportasi umum dengan layak, maka ketimpangan sosial bisa lebih diredam. Pada saat itu, mengendarai mobil mewah mungkin saja bisa menjadi lebih nikmat. Selain itu kepemilikan mobil bukan lagi menjadi indikator kelayakan melainkan kebutuhan. Orang menggunakan mobil pribadi karena memang tempat yang dituju belum terjangkai angkutan umum yang murah, cepat, tepat dan nyaman. Kalau penggunaan mobil pribadi ternyata hanya malah akan memacetkan jalan raya, lebih baik naik transportasi umum.

Mengenai kapan transportasi umum dapat dipergunakan secara layak, sehingga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi termasuk mobil mewah, mungkin bisa ditanyakan pada ahlinya.


22 comments:

Anonymous said...

setuju mas.. mobil mewah dengan kecepatan oke, percuma dibawa ke jakarta. soalnya macet di mana2, bahkan di tol.

amethys said...

hehehe aseek mobil mewah dipamerin..jadi bisa ngerasain duduk di mobil mewah...
itu yg selalu aku lakukan klo nonton pameran mobil mewah

Bursa Mobil Second Solo said...

setuju sekali........ keren mobilnya..salam kenal..

Anonymous said...

"Besarnya pendapatan pajak impor mobil mewah semestinya pula dapat dimanfaatkan untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan raya dan angkutan transportasi umum."

Benar sekali, mas!

Anonymous said...

Wah... agus jika pameran mobil ini dilakukan di indonesia

Unknown said...

SOLUSI TEPAT DI MASA KRISIS !
RAHASIA Rp.10 jt - 20 jt/HARI (DIJAMIN PASTI !)
Revolusi dalam Mencari Uang di Tahun 2009
PRODUK KAMI LEBIH AMAN KARENA BEDA

Informasi lengkap klik: http://www.kkbaku.co.cc

Unknown said...

SOLUSI TEPAT DI MASA KRISIS !
RAHASIA Rp.10 jt - 20 jt/HARI (DIJAMIN PASTI !)
Revolusi dalam Mencari Uang di Tahun 2009
PRODUK KAMI LEBIH AMAN KARENA BEDA

Informasi lengkap klik: http://www.kkbaku.co.cc

Unknown said...

SOLUSI TEPAT DI MASA KRISIS !
RAHASIA Rp.10 jt - 20 jt/HARI (DIJAMIN PASTI !)
Revolusi dalam Mencari Uang di Tahun 2009
PRODUK KAMI LEBIH AMAN KARENA BEDA

Informasi lengkap klik: http://www.kkbaku.co.cc

Unknown said...

SOLUSI TEPAT DI MASA KRISIS !
RAHASIA Rp.10 jt - 20 jt/HARI (DIJAMIN PASTI !)
Revolusi dalam Mencari Uang di Tahun 2009
PRODUK KAMI LEBIH AMAN KARENA BEDA

Informasi lengkap klik: http://www.kkbaku.co.cc

Anonymous said...

di jakarta saya rasa mobil mewah atau mobil cukup mewah sama saja, karena sama2 terkena macet . heheh

Anonymous said...

betul, untuk di jakarta yang diperlukan sih mobil kecil dan mungil tapi nyaman. coba saja http://kiapemuda.com

dedot said...

Sayang sekali yang punya mobil mewah yg bisa ngebut, wong jalannya macet mulu, jadi ga maksimal. Ada pula yang naik Ferarri tapi pake sopir, yang menikmati ya sopirnya.. hehehe

citycar007.com said...

I like your post. I hope you can make other new post. And i like otomotif like motosports and carsport.

Ambo Dalle said...

Keep your writing and good luck. Klo di jakarta lebih baik naik motor, apalagi klo lagi buru-buru. Yakin dah pasti telat klo naik mobil karena macetnya.

mobilmalang said...

mobil bekas malang site infoo..

Rumah Motor said...

Rumah berjalan tuh...

andi camaro said...

Mobil mewah mah mubazir di bawa k jakarta, kagak bs ngebutt.. paling cuma nampang gaya doank.. ga tau kalo di bawa luar kota, paling bs ngebut ya

MASSTYO said...

Info yang sangat menarik sekali, menambah wawasan ttg mobil coba juga di http://grandstylish.blogspot.com

Pajak said...

mobil mewah dipake dijakarta pun sama motor tetep kalah,
cz macetnya yg buat kalah

wen said...

Nanti, ketika jumlah mobil pribadi mancapai titik jenuh, maka transportasi umum akan majadi jawaban. Mungkin nantinya punya mobil hanya sebagai hobi, tidak bisa lagi dikendarai di jalan.

sewa mobil said...

Jangankan nyetir mobil mewah, nyetir mobil biasa saja sudah jantungan takut diserempet.

mobilbarubekas said...

enakan naik mobil yang lebih ekonomis. mobil mewah di pakai di indonesia mah gk kemana2 paling rumah ke mall di selatan.


www.mobilbarubekas.com