8.2.10

Sepuluh Alasan Cinta Bekasi

Resminya saya dan keluarga mulai menjadi warga Bekasi pada akhir tahun 1997. Sejak itu pula Bekasi menjadi bagian dari kehidupan kami hingga kini. Anak pertama saya, meski kelahiran Manila, Filipina, namun memulai masa kanak-kanak dan sekolahnya di Bekasi. Sementara itu anak kedua saya bahkan lahir di RS Hermina Bekasi. Kehidupan kami di Bekasi hanya terputus sejenak ketika saya ditugaskan ke Brussel, Belgia selama 4 tahun (2004-2008). Selebihnya selama hampir satu dasa warsa kami tinggal dan menghirup udara Bekasi

Dibandingkan warga Bekasi lainnya, apalagi yang lahir dan dibesarkan di Bekasi, bisa jadi kurun waktu kami tinggal di Bekasi bukanlah suatu masa yang panjang. Namun demikian selama kurun waktu tersebut cukup untuk memunculkan suatu pertanyaan mendasar tentang kecintaan akan Bekasi. Benarkah sebagai warga pendatang saya memang mencintai kota ini? Adakah cukup alasan untuk mencintai Bekasi atau sekedar cinta buta? Pertanyaan semacam ini kadang berkelebat dalam pikiran saya seperti potongan-potongan gambar dari sebuah film. Sebuah pertanyaan yang kiranya perlu dicari jawabannya.

Saya sendiri mengenal Bekasi jauh hari sebelumnya. Perkenalan pertama terjadi di pertengahan tahun 1980-an saat berkunjung ke rumah salah seorang mantan guru SMA yang tinggal di kawasan Jaka Sempurna, Bekasi Barat. Saat itu saya merasa seperti melakukan suatu perjalanan panjang untuk sampai di Bekasi. Saya dan beberapa teman yang bersekolah di SMA Negeri 13 Tanjung Priok setidaknya harus berganti kendaraan umum 2 kali sebelum akhirnya tiba di tempat tujuan. Dari Tanjung Priok kami terlebih dahulu menaiki bus kota menuju perempatan Halim, dilanjutkan perjalanan selama hampir 2 jam menyusuri kepadatan jalan Kalimalang menggunakan mikrolet.

Perkenalan selanjutnya terjadi ketika di awal tahun 1990-an ayah saya bertugas di Polres Bekasi. Cerita mengenai Bekasi sedikit banyak diperoleh dari beliau. Sesekali saya juga diajak ke kantor ayah yang berada di seputaran alun-alun kota Bekasi. Untuk menuju tempat ini, lagi-lagi saya harus menempuh perjalanan panjang, kali ini dengan rute Tanjung Priok-Pulo Gadung-Bekasi kota. Meski tidak menggunakan angkutan umum, namun dengan kepadatan kendaraan di sejumlah titik, ditambah persaingan dengan bus-bus luar kota yang memadati jalan raya Bekasi, perjalanan ke kota Bekasi menjadi lama dan melelahkan.

Bekasi yang mengasyikan

Dengan latar belakang pemahaman tentang jauhnya Bekasi dari Jakarta, agak aneh ketika saya memutuskan untuk memiliki tempat tinggal di Bekasi. Apa asyiknya bertempat tinggal di Bekasi sementara bekerja di Jakarta ?. Ya, saat itu, pilihan bertempat tinggal di Bekasi dipandang kurang tepat karena jauh dari kantor. Apalagi ternyata sarana transportasi yang nyaman ke tempat kerja hanya ada satu yaitu bus Patas AC 24. Alternatif transportasi umum lainnya, seperti kereta api, letaknya agak jauh dari tempat tinggal dan perlu 2 kali naik angkot hanya untuk tiba di Stasiun Bekasi.

Hidup pada akhirnya memang merupakan pilihan, dan menjadikan Bekasi sebagai bagian kehidupan adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk memiliki tempat tinggal sendiri dengan segala keterbatasannya. Karena itu terbatasnya pilihan sarana transportasi ke tempat kerja akhirnya bukan lagi sebuah hambatan. Jika dulu perjalanan jauh dan melelahkan ke Bekasi sebisa mungkin dihindarkan, setelah tinggal di Bekasi justru setiap hari saya harus melakoninya. Saya menjadi seorang pengelaju (commuter) yang menempuh perjalanan Bekasi-Jakarta PP. Hanya di akhir pekan saya menghabiskan waktu di Bekasi, jika tidak tinggal di rumah, saya sempatkan mengunjungi tempat-tempat lain.

Selama kurun waktu 13 tahun sejak kepindahan ke Kota Bekasi, berbagai perubahan terjadi di kota ini. Suatu perubahan yang pada gilirannya mendorong saya sekeluarga untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Witing tresno jalaran soko kulino begitu kata orang Jawa yang artinya cinta bermula karena terbiasa. Sebuah jargon yang begitu sederhana dan sangat nyata pada akhirnya saya alami sendiri. Setiap hari tinggal di Bekasi pada akhirnya memang menjadikan saya lebih mencintai Bekasi.

Kini sudah 13 tahun saya tinggal di Bekasi. Berbeda dengan ketika masa-masa awal tinggal di Bekasi, sekarang ini saya sudah mempunyai cukup alasan kenapa akhirnya saya mencintai Bekasi. Setidaknya ada 10 alasan yang dapat dikemukakan yaitu:

1. Kota Bekasi telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu kota yang semakin nyaman untuk didiami warganya. Pemerintah kota dan berbagai pihak terkait terus membangun berbagai infrastruktur dan ruang publik yang dapat mendukung kenyamanan warganya dengan antara lain mempelebar berbagai ruas jalan dan menambah serta memperbanyak angkutan umum. Tata ruang kota pun semakin dipercantik, selain diperlebar juga dilengkapi penerangan yang memadai. Contoh mengenai hal ini dapat dilihat disepanjang ruas jalan Achmad Yani yang kini telah menjadi 6 jalur dan aspal yang mulus, mulai dari ujung kantor walikota di Bekasi Barat hingga terminal bus di Bekasi Timur.

2. Bekasi telah menjadi kota mandiri dan tidak menjadi bagian dari Pemerintahan Kabupaten. Perubahan tata kelola pemerintahan sejak 1997 ini berdampak positif bagi akselerasi proses pengambilan keputusan dan kebijakan serta lebih terfokusnya pengelolaan kawasan perkotaan. Dengan kewenangan menetapkan dan menerapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sendiri, Pemerintah Kota tidak lagi tergantung pada kebijakan Pemerintah Kabupaten.

3. Seiring perkembangan yang terjadi, Bekasi kini bukan lagi periferi Jakarta. Perlahan namun pasti terus tumbuh dan berkembang menjadi suatu kota besar yang didukung industri, perdagangan dan jasa. Sementara itu dari segi demografis saja Bekasi telah menjadi kota terbesar ke-5 setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan.

4. Pilihan sarana transportasi umum semakin banyak dan bervariasi. Selain transportasi umum seperti bus, mikrolet dan angkot, terdapat bus feeder dari beberapa titik lokasi yang dapat membawa penumpang ke pusat-pusat perkantoran di Jakarta seperti Semanggi, Blok M dan Senen. Ke depan bahkan sudah ada rencana membuat jalur busway hingga Bekasi Timur. Terkait kereta, jenis dan frekuensi angkutan kereta pun semakin ditingkatkan dan diperbanyak stasiun tujuannya. Kalau dulu hanya ada kereta kelas ekonomi dari Stasiun Bekasi ke Stasiun Senen, maka kini terdapat kereta tujuan Jakarta Kota, Tanah Abang dan Tanjung Priok.

5. Mobilitas dari dan ke Kota Bekasi semakin mudah dengan tersedianya Tol Jakarta-Cikampek dan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/JORR). Dua jalur tol ini memudahkan warga Bekasi untuk bergerak dari satu tempat lainnya. Selain itu memudahkan masyarakat luar memasuki Kota Bekasi.

6. Kegiatan perekonomian di Kota Bekasi sangat berkembang pesat, terlihat dari banyaknya pusat perbelanjaan (mal), pertokoan, bank, ataupun rumah makan. Kota Bekasi telah menjadi pilihan bagi warga Jabotabek yang hendak berwisata belanja, karena di Kota Bekasi terdapat Mal Metropolitan, Mega Bekasi Hypermal, Bekasi Square, Plaza Pondok Gede, Grand Mal, Bekasi Cyber Park, dan Bekasi Trade Centre. Pusat belanja hypermarket seperti Carrefour, Giant, Makro, dan Hypermart juga terdapat di kota Bekasi.

7. Bekasi memiliki berbagai sarana pendidikan dan kesehatan yang tidak kalah mutunya dengan yang ada di Jakarta. Selain sekolah-sekolah negeri yang terus meningkat mutu pendidikannya dan Rumah sakit Umum Daerah yang semakin meningkat pelayanan kesehatannya, di Kota Bekasi banyak pula sekolah dan rumah sakit swasta yang bermutu baik dan bertaraf internasional.

8. Bekasi memiliki Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Sumur Batu, Bantar Gebang yang dapat menampung sampah bukan hanya dari Bekasi, tetapi juga menampung buangan sampah Jakarta. TPST di Bekasi merupakan tempat pembuangan sampah pertama di Indonesia yang bisa mengolah sampah menjadi sumber energi listrik.

9. Tingginya animo masyarakat untuk menumbuhkembangkan kota Bekasi sebagai kota yang hijau dan bersih. Hal ini terlihat dari meningkatnya gerakan penghijauan dari masyarakat dan didukung pemerintah kota berupa penanaman pohon dan menganjurkan anggota masyarakat untuk menanam sau batang pohon per orang.

10. Bekasi memiliki Komunitas Blogger Bekasi (be-Blog) yang cukup solid dan aktif mempromosikan Bekasi lewat blog serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, bukan hanya kalangan blogger saja tetapi juga dengan komunitas lainnya. Dibentuk pada tanggal 17 Agustus 2009, Komunitas be-Blog memiliki visi dan misi yang jelas untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas lewat internet. Dengan tagline “Menembus Tapal batas”, Komunitas be-Blog juga dapat dibanggakan sebagai komunitas yang mampu merealisasikan visi dan misinya melalui berbagai kegiatan.

Bekasi sebuah harapan

Ibarat sayur tanpa garam, begitupun alasan mencintai Bekasi tanpa disertai dengan kritik dan saran rasanya akan hambar. Ibarat pula kehidupan dalam suatu rumah tangga, sikap saling memuji dan memberikan kritik/saran tentunya akan semakin meningkatkan perasaan cinta terhadap pasangan dan keluarga. Untuk itu, sejalan dengan harapan agar Bekasi menjadi lebih baik dan semakin dicintai masyarakatnya, ada beberapa hal yang kiranya patut mendapatkan perhatian, antara lain:

1. Perlunya upaya meningkatkan pelayanan kesehatan umum dimana masyarakat berkesempatan memiliki akses yang luas dan terjamin perawatan kesehatannya, tanpa melihat yang bersangkutan kaya atau miskin.

2. Pendidikan gratis bagi anak usia sekolah secara perlahan perlu diperluas jangkauannya dan ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga bukan hanya pendidikan gratis selama 9 tahun tetapi juga mencakup pendidikan jenjang lanjutan. Pemberian beasiswa bagi anak pintar, tapi secara ekonomis kurang mampu, dapat lebih digalakkan sehingga tidak ada lagi anak-anak usia sekolah di Bekasi yang tidak bisa meneruskan pendidikannya hanya karena kekurangan biaya.

3. Perlunya peningkatan upaya pengurangan jumlah rakyat miskin, bukan melalui pemberian bantuan langsung tunai, tetapi melalui kegiatan yang memancing keinginan berwirausaha dari anggota masyarakat yang tergolong kurang mampu tersebut. Untuk itu kiranya diperlukan keterlibatan berbagai komunitas guna lebih mendorong percepatan upaya pengentasan kemiskinan.

4. Perlunya menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi kegiatan perekonomian masyarakat antara lain dengan memberikan kemudahan pemberian perijinan melalui pelayanan sistim satu atap dan online. Untuk itu upaya mewujudkan e-government kiranya dapat terus dikembangkan dan dimaksimalkan.

5. Perlunya melanjutkan upaya membangun dan membenahi infrastruktur secara terus menerus. Pembangunan dan penataan wajah kota yang selama ini sudah berhasil dapat dilanjutkan ke bagian-bagi lain wilayah di Bekasi. Khusus wilayah di luar kota Bekasi, peran serta dan perhatian yang lebih besar dari pihak Pemerintah kabupaten sangat diperlukan.

6. Perlunya secara terus menerus melibatkan peran serta berbagai pihak dan seluruh anggota masyarakat dalam mewujudkan Kota Bekasi yang hijau, cerdas dan ihsan (yang terbaik). Keterlibatan aktif dari aparat pemerintahan, baik sebagai fasilitator maupun dinamisator pembangunan daerah, akan sangat membantu percepatan perwujudan sasaran yang diharapkan.

Bekasi, 13 Februari 2010

2 comments:

Anonymous said...

Bekasi,tunggu aku akan datang hehehe

Prince said...

Saya sebagai penduduk Bekasi sangat bangga dengan kota tempatku tinggal ini karena sejak tahun 1993 hingga saat ini banyak pilihan mode transportasi dan akses ke pusat-pusat rekreasi yang mudah, sementara pemerintah daerah kota sendiri sangat konsisten dalam pembangunan wilayahnya menjadi kawasan terpadu sebagai salah satu kota satelit bagi Jakarta.