Kalau kita berkendaraan mendekati perempatan Jalan Achmad Yani dari arah Jalan K.H Noer Ali (Kali Malang), persis di depan Bekasi Cyber Park, kita akan mendapatkan rambu lalu lintas dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Selain di tempat tersebut, beberapa rambu serupa dapat dijumpai di dekat jembatan penyeberangan, tidak jauh dari Giant Hypermart, dan jalan Chairil Anwar (depan DPRD Kota Bekasi). Hal ini tentu saja menarik perhatian karena menimbulkan pertanyaan mengenai siapa yang menjadi sasaran pemasangan rambu lalu lintas dalam dua bahasa tersebut?.
Pada rambu yang berada di depan Bekasi Cyber Park, tertulis arah terus (Straight) menuju kantor Polres Metro Bekasi (Police Office of Bekasi), DPRD Kota Bekasi (Local House of Representative of Bekasi Municipality), belok kanan (Turn Right) ke Bogor (Bogor City), dan belok kiri (Turn Left) ke Kantor Walikota (Mayor Office of Bekasi) dan Asrama haji Jawa Barat (Hajj Dormitory of West Java).
Melihat penggunaan bahasa Inggris pada rambu-rambu tersebut maka kita bisa langsung menebak bahwa hal tersebut bukan ditujukan bagi para pelancong asing yang sedang berkunjung ke Bekasi. Lalu siapa target dari rambu lalu lintas ini? Melihat objeknya adalah kantor-kantor pemerintahan di kota Bekasi, diperkirakan sasarannya adalah orang asing yang akan berkunjung ke tempat-tempat tersebut. Dijadikannya kantor-kantor pemerintahan sebagai objek pada rambu tersebut sepertinya menegaskan bahwa Bekasi bukanlah daerah tujuan wisata. Kalau saja Bekasi merupakan daerah tujuan wisata, maka objek yang dicantumkan dalam rambu lalu lintas bisa jadi berupa museum atau monumen bersejarah.
Tidak ada yang keliru dengan penggunaan rambu lalu lintas dalam bahasa Indonesia dan Inggris tersebut, karena hal tersebut justru memperlihatkan sikap tanggap Pemerintah Kota dalam merespon perkembangan di kota Bekasi. Sebagai salah daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah ibukota DKI Jakarta, saat ini memang telah mengalami kemajuan yang begitu pesat. Infrastruktur, sarana dan prasarana terus dibenahi guna terus menggulirkan roda perekonomian dan memberikan kenyamanan bagi warga penghuninya. Kondisi ini tak pelak menjadikan Bekasi sebagai daerah penyeimbang Jakarta, yang perkembangannya tidak ketinggalan dengan ibu kota negara.
Hal positif lainnya dari adanya rambu dua bahasa tersebut adalah terdorongnya pemahaman warga Bekasi mengenai perkembangan kotanya menjadi sebuah kota internasional. Untuk itu warga Bekasi pun tampaknya sudah harus membiasakan diri berbahasa Inggris agar tidak kagok jika berbicara dengan orang asing yang menggunakan bahasa tersebut.
Mengenai penggunaan kata dalam bahasa Inggris, hal tersebut sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi warga Bekasi. Lihat saja pusat-pusat perbelanjaan di sekitar pintu tol Bekasi Barat yang telah menggunakan bahasa Inggris semua seperti Bekasi Square Mall, Mall Metropolitan, Giant Hypermart dan Bekasi Cyber Park. Bahkan kalau anda memasuki area bioskop Cinema XXI di Giant, akan didapatkan keterangan tentang berbagai tempat dalam Inggris. Kalau diperhatikan lebih lanjut, di seputaran Pintu Tol Bekasi Barat tersebut, hanya SPBU Pertamina dan restoran sunda Pajajaran saja yang belum menyesuaikan namanya ke dalam bahasa Inggris.
Tentu saja tolok ukur berubahnya suatu kota menjadi kota internasional bukan semata banyaknya penggunaan bahasa asing. Terdapat berbagai tolok ukur lain yang mesti digunakan. Beberapa daiantaranya adalah ketersediaan infrastruktur bertaraf internasional yang memudahkan mobilitas dan akses informasi bagi masyarakat.
Mengenai hal di atas, masih banyak kekurangan yang mesti dibangun dan diwujudkan. Misalnya pembangunan jalan yang dapat menghubungkan satu kawasan industri dengan kawasan lain, pembangunan pelabuhan laut internasional dan pembangunan sarana komunikasi yang memudahkan cara kerja aparat pemerintah dan memberikan akses warga Bekasi untuk menjelajah dunia maya. Khusus pembangunan sarana komunikasi ini, malah dipandang perlu untuk membangun suatu kawasan free hot spot dimana warga secara gratis memperoleh akses internet (suatu hal yang tentunya sangat menyenangkan para blogger jika kawasan free hot spot bisa terealisir).
Nah sambil menunggu Bekasi menjadi sebuah kota internasional, tampaknya secara bertahap warga Bekasi bisa mulai belajar dan memperlancar penggunaan bahasa asing.
Pada rambu yang berada di depan Bekasi Cyber Park, tertulis arah terus (Straight) menuju kantor Polres Metro Bekasi (Police Office of Bekasi), DPRD Kota Bekasi (Local House of Representative of Bekasi Municipality), belok kanan (Turn Right) ke Bogor (Bogor City), dan belok kiri (Turn Left) ke Kantor Walikota (Mayor Office of Bekasi) dan Asrama haji Jawa Barat (Hajj Dormitory of West Java).
Melihat penggunaan bahasa Inggris pada rambu-rambu tersebut maka kita bisa langsung menebak bahwa hal tersebut bukan ditujukan bagi para pelancong asing yang sedang berkunjung ke Bekasi. Lalu siapa target dari rambu lalu lintas ini? Melihat objeknya adalah kantor-kantor pemerintahan di kota Bekasi, diperkirakan sasarannya adalah orang asing yang akan berkunjung ke tempat-tempat tersebut. Dijadikannya kantor-kantor pemerintahan sebagai objek pada rambu tersebut sepertinya menegaskan bahwa Bekasi bukanlah daerah tujuan wisata. Kalau saja Bekasi merupakan daerah tujuan wisata, maka objek yang dicantumkan dalam rambu lalu lintas bisa jadi berupa museum atau monumen bersejarah.
Tidak ada yang keliru dengan penggunaan rambu lalu lintas dalam bahasa Indonesia dan Inggris tersebut, karena hal tersebut justru memperlihatkan sikap tanggap Pemerintah Kota dalam merespon perkembangan di kota Bekasi. Sebagai salah daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah ibukota DKI Jakarta, saat ini memang telah mengalami kemajuan yang begitu pesat. Infrastruktur, sarana dan prasarana terus dibenahi guna terus menggulirkan roda perekonomian dan memberikan kenyamanan bagi warga penghuninya. Kondisi ini tak pelak menjadikan Bekasi sebagai daerah penyeimbang Jakarta, yang perkembangannya tidak ketinggalan dengan ibu kota negara.
Hal positif lainnya dari adanya rambu dua bahasa tersebut adalah terdorongnya pemahaman warga Bekasi mengenai perkembangan kotanya menjadi sebuah kota internasional. Untuk itu warga Bekasi pun tampaknya sudah harus membiasakan diri berbahasa Inggris agar tidak kagok jika berbicara dengan orang asing yang menggunakan bahasa tersebut.
Mengenai penggunaan kata dalam bahasa Inggris, hal tersebut sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi warga Bekasi. Lihat saja pusat-pusat perbelanjaan di sekitar pintu tol Bekasi Barat yang telah menggunakan bahasa Inggris semua seperti Bekasi Square Mall, Mall Metropolitan, Giant Hypermart dan Bekasi Cyber Park. Bahkan kalau anda memasuki area bioskop Cinema XXI di Giant, akan didapatkan keterangan tentang berbagai tempat dalam Inggris. Kalau diperhatikan lebih lanjut, di seputaran Pintu Tol Bekasi Barat tersebut, hanya SPBU Pertamina dan restoran sunda Pajajaran saja yang belum menyesuaikan namanya ke dalam bahasa Inggris.
Tentu saja tolok ukur berubahnya suatu kota menjadi kota internasional bukan semata banyaknya penggunaan bahasa asing. Terdapat berbagai tolok ukur lain yang mesti digunakan. Beberapa daiantaranya adalah ketersediaan infrastruktur bertaraf internasional yang memudahkan mobilitas dan akses informasi bagi masyarakat.
Mengenai hal di atas, masih banyak kekurangan yang mesti dibangun dan diwujudkan. Misalnya pembangunan jalan yang dapat menghubungkan satu kawasan industri dengan kawasan lain, pembangunan pelabuhan laut internasional dan pembangunan sarana komunikasi yang memudahkan cara kerja aparat pemerintah dan memberikan akses warga Bekasi untuk menjelajah dunia maya. Khusus pembangunan sarana komunikasi ini, malah dipandang perlu untuk membangun suatu kawasan free hot spot dimana warga secara gratis memperoleh akses internet (suatu hal yang tentunya sangat menyenangkan para blogger jika kawasan free hot spot bisa terealisir).
Nah sambil menunggu Bekasi menjadi sebuah kota internasional, tampaknya secara bertahap warga Bekasi bisa mulai belajar dan memperlancar penggunaan bahasa asing.
2 comments:
apa yang saya cari, terima kasih
Rambu-rambu dwibahasa ini menunjukkan bahwa pemerintah kota Bekasi peduli terhadap masa depan kotanya, sudah sepantasnya masyarakat Bekasi sendiri mulai tanggap terhadap upaya pemerintah kotanya untuk menjadikan kota Bekasi sebagai salah satu tempat tujuan wisata budaya dan sumber investasi dari sudut pandang warga negara asing.
Post a Comment