8.9.09

Telepon Umum

Sebagai seorang pekerja komuter yang sering menggunakan bus angkutan umum, setiap pulang kantor saya biasa dijemput istri di lokasi tempat pemberhentian bus. Untuk memberitahu ketibaan dilokasi penjemputan, dari dalam bus biasanya saya menelpon istri untuk memberitahukan perkiraan tiba. Tujuannya adalah agar istri tidak terlalu lama menunggu di lokasi penjemputan. Akan tetapi suatu ketika baterai telepon genggam saya habis. Celakanya saya hanya punya satu telepon genggam, sehingga tentu saja tidak dapat menghubungi istri.

Awalnya saya tidak khawatir, toch nanti setibanya di lokasi penjemputan pasti ada telepon umum yang dapat digunakan. Cukup dengan memasukkan koin, saya bisa menghubungi istri. Namun apa boleh dikata, setibanya di lokasi ternyata tidak ada telepon umum. Yang ada di sekitar lokasi tersebut adalah warnet, tapi itupun tempatnya berada di seberang jalan dan agak jauh dari lokasi pemberhentian bus.

Belajar dari kejadian di atas, saya menyadari bahwa meskipun penggunaan telepon genggam telah menguasai hajat sebagian masyarakat, namun ternyata masih dibutuhkan adanya telepon umum. Ternyata telepon umum bukan sekedar pajangan saja.

Apakah saya sendirian dalam hal ini ? Ternyata tidak juga. Ketika hal ini saya tanyakan kepada beberapa rekan, banyak juga diantara mereka yang tidak lagi menyadari fungsi dan keberadaan telepon umum. Ketika ditanyakan kapan terakhir kali menggunakan telepon umum, banyak yang menjawab lupa atau tidak tahu persisnya terakhir kali menggunakan telepon umum.

Padahal kalau mengingat masa lalu, saat perkembangan dunia telekomunikasi di Indonesia masih belum seperti sekarang ini, telepon umum menjadi alat komunikasi yang paling dibutuhkan. Saya sering melihat adanya antrian orang di depan kotak telepon umum. Kita pun sering mendengar cerita-cerita mengenai bagaimana para pengguna telepon secara cerdik mengakali penggunaan telepon umum, misalnya mengaitkan benang ke koin agar bisa menelpon berulang kali. Selain itu ada juga cerita tragis, misalnyai kotak telepon digondol maling.

Kini telepon umum menjadi saksi bisu perkembangan telekomunikasi di Indonesia. Telepon umum sekarang lebih banyak kesepian ditengah keramaian. Kehadirannya di beberapa tempat tampaknya tidak lebih dari sekedar hiasan kota, yang kadang tidak terawat dan kotor. Kalau seperti itu keadaannya, lalu siapakah sebenarnya yang mesti peduli dengan keberadaan telepon umum ? Pemerintah, operator telekomunikasi atau masyarakat ?

Selamat hari Kamis pembaca, kapan terakhir kali anda menggunakan telepon umum ?


4 comments:

dhodie said...

Memang telepon umum seperti di-TKO dengan kehadiran mobile technology seperti sekarang. Tetapi kejadian ini mengingatkan kita bahwa ia tetap diperlukan di saat2 genting dan unpredictable. Nice article, pak.

amethys said...

hehehe saya make telp umum tempat kerja saya, soalnya gratis
didepan tempat kerja saya juga ada beberapa telp umum..yg kadang saya gunakan juga klo saya malas kedalam ruang istirahat
kapan yah terakhir saya gunakan telp umum? sebulan yl mungkin..dari ferry

Mas Aris masih di Indonesia? tugas berikutnya ke negara mana?
ke Vancouver Canada dunk????

edratna said...

Saya lupa kapan terakhir menggunakan telepon umum..kayaknya sejak punya hape, sekitar tahun 1995 deh.

Dan konyolnya, baru dua minggu lalu saya ketinggalan hape...waduh rasanya kagok..tapi akhirnya dinikmati aja....dan malah aman tak diganggu

Anonymous said...

Aba said:
Sepertinya fitur dari telpon koin harus di modif dari yang nga bisa buat telp hape sekarang jadi bisa ( simpel aja )dan di sosialisakan kegunaan nya sebagai sarana publik yang cukup murah.. belum semua masyarakat pelosok Indonesia punya hape loo walo telah di tahun 2010 ini...

menghindari dari sasaran tangan jahil dengan cara placementnya yang tepat( sekolah rumah sakit masjid kantor polisi halte bus kampus mall)...

desain box juga dibuat lebih eyecathing dan tidak sekedarnya seperti sekarang yang ada, terkesan blepotan catnya, material bahan boleh murah tapi finishing kalo bisa maksimal.

Saya sangat suka artikel tentang keberadaan barang2 yang dulu sempat jadi primadona dalam komunikasi seperti Telpon Koin ini... ( smoga telkom mau melihat kesempatan ini, income nya juga lumyan saya kira sebagai layanan publik murah meriah ) GOOD ARTIKEL PAK. DITUNGU KISAH TELPON KOIN SELANJUTNYA..