Bunaken dikenal ke seluruh dunia dengan keindahan panorama bawah lautnya berupa terumbu karang dan beraneka jenis satwa laut yang cantik. Tidak mengherankan jika pemerintah pusat dan daerah Sulawesi Utara getol mempromosikan Bunakeni sebagai objek wisata alam. Bahkan sebagai salah satu upaya mempromosikan dan melindungi habitat kawasan tersebut, pada tanggal 11-15 Mei lalu berlangsung World Ocean Conference (WOC) yang dihadiri oleh utusan dari berbagai negara. Selanjutnya pada tanggal 12-20 Agustus 2009 mendatang pun di kawasan ini akan diselenggarakan kegiatan Sail Bunaken 2009. Dalam kegiatan ini direncanakan akan dilakukan pemecahan rekor dunia menyelam yang akan tercatat sebagai rekor dunia baru dalam Guiness Book of Record.
Ditengah upaya pemerintah mempromosikan Bunaken, saya beruntung beroleh kesempatan mengunjungi kawasan ini. Kebetulan pada tanggal 29-30 Juli 2009 berlangsung kegiatan Rapat Koordinasi Duta Besar (Rakor Dubes) RI se ASEAN dan Mitra Wicara di Manado. Seusai bertugas sebagai salah anggota panitia, saya memanfaatkan waktu kosong sehari dengan mengikuti tour yang ditawarkan Biro Wisata Mapanget Megawisata. Selain saya, ternyata ikut pula dalam tour sehari antara lain Pak Djoko Hardono (Dubes RI di Kanada) dan Pak Herijanto Soeprapto (Dubes RI di Brunei Darussalam) yang masing-masing didampingi staf, para peserta rakor dan beberapa rekan panitia. Total keseluruhan anggota rombongan berjumlah 19 orang.
Rombongan berangkat dari tempat kami menginap di Novotel Grand Kawanua pada pukul 09.30 menuju Pelabuhan Marina Plaza yang ditempuh sekitar 30 menit. Ketika kami tiba di Marina Plaza tampak kawasan tersebut tidak terlalu ramai. Ada sekitar 6 perahu (yang biasa disebut Tamaran) sedang sandar menunggu penumpang. Suasana agak sepi karena mungkin waktunya sudah agak siang, kalau lebih pagi lagi pasti lebih ramai. Ya karena biasanya wisatawan yang ingin ke Bunaken cenderung memilih berangkat lebih pagi untuk menghindari kencangnya angin dan tentu saja agar tidak terlalu panas.
Sebuah Tamaran bernama Papa Coxy, yang dapat mengangkut 25 penumpang, membawa kami meninggalkan Marina Plaza menuju Bunaken. Menurut nahkoda Papa Coxy perjalanan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk tiba di Bunaken. Selama di perjalanan kami asyik memandang indahnya beberapa pulau di kawasan Bunaken. Kencangnya hempasan ombak menjadikan Tamaran terguncang-guncang. Beberapa penumpang agak khawatir dengan besarnya guncangan dan satu dua penumpang mulai merasa mabuk laut. Meskipun demikian ada pula penumpang yang tertidur. Mungkin kelelahan karena beberapa hari terakhir bekerja hingga larut malam mempersiapkan dan melaksanakan rakor.
Dari kejauhan Pulau Bunaken terlihat hijau dengan pepohonan. Di suatu titik di tengah laut perahu berhenti dan penumpang dipersilahkan melihat pemandangan bawah laut lewat bagian bawah perahu yang terbuat dari fiber glass. Di bawah lapisan kaca, kami melihat pemandangan pemandangan bawah laut yang luar biasa indahnya dan seolah-olah sedang menyaksikan akuarium raksasa. Ada terumbu karang warna warni dan bintang laut (jadi ingat lambang Pertamina tempo dulu), beragam ikan warna warni seperti dalam film Finding Nemo. Terlihat palung (tebing laut) yang terjal dan karena begitu dalam sehingga terlihat gelap.
Sungguh suatu kekayaan alam luar biasa yang perlu dijaga kelestariannya. Bukan hanya untuk kepentingan wisata tetapi juga untuk habitat di kawasan tersebut. Kenapa hal ini saya sebutkan ? Karena ternyata disamping keindahan yang dapat disaksikan, terlihat pula banyaknya terumbu karang yang rusak, terutama yang dekat dengan permukaan laut. Ada terumbu karang yang patah, pudar warnanya dan tidak jelas bentuknya yang bisa jadi disebabkan oleh kecerobohan manusia..
Setelah cukup puas melihat-lihat pemandangan bawah laut, perahu diarahkan menuju Pulau Bunaken. Di pulau yang juga disebut sebagai Taman Nasional Bunaken (TNB) ini rombongan beristirahat sejenak untuk mengisi perut dan membeli oleh-oleh.
Ketika memasuki rumah makan yang sudah dipesan pihak tour, terlihat makanan pembuka khas Manado sudah tersaji di meja. Ada potongan nanas dan pisang goreng serta tentu saja sambal dabu-dabu. Untuk yang tidak terbiasa makan makanan Manado tentu akan heran melihat nanas dan pisang goreng dimakan dengan sambal. Saya sendiri memilih memakan nanas dan pisang goreng tanpa sambal. Bukannya tidak suka sambal, tapi beberapa waktu terakhir ini perut saya agak sensitif dengan cabai sehingga kalau pedas sedikit malamnya dapat dipastikan akan bolak balik ke kamar mandi.
Tak lama kemudian disajikan dua potong besar ikan bakar. Kata si penjual ptongan ikan tersebut merupakan potongan ikan mubarak, ikan yang biasa didapatkan di sekitar perairan bunaken. Ditambah sayur batang kakung, woku (ikan dibumbu sayur kuning), sayur pakis, perkedel teri, dan sambal khas Manado, acara makan siang terasa maknyus. Tak terasa keringatpun bercucuran. Acara makan sianpun menjadi lebih sedap dengan minuman penutip kelapa muda. Wou benar-benar maknyus deh.
Selesai prosesi makan siang, kami pun segera kembali ke daratan Manado. Sepanjang perjalanan, penumpang yang sudah kekenyangan dan kelelahan terkantuk-kantuk. Hanya 1-2 penumpang yang duduk di bagian depan menikmati indahnya pemandangan laut. Sama seperti saat berangkat, perjalanan kembali pun membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Setibanya di Marina Plaza kami pun segera kembali ke hotel.
Ehmm ... suatu kunjungan singkat ke Bunaken yang cukup mengesankan. Mungkin lain waktu kalau berkesempatan kembali berkunjung saya akan ikutan menyelam atau setidaknya snorkeling lah.
Ditengah upaya pemerintah mempromosikan Bunaken, saya beruntung beroleh kesempatan mengunjungi kawasan ini. Kebetulan pada tanggal 29-30 Juli 2009 berlangsung kegiatan Rapat Koordinasi Duta Besar (Rakor Dubes) RI se ASEAN dan Mitra Wicara di Manado. Seusai bertugas sebagai salah anggota panitia, saya memanfaatkan waktu kosong sehari dengan mengikuti tour yang ditawarkan Biro Wisata Mapanget Megawisata. Selain saya, ternyata ikut pula dalam tour sehari antara lain Pak Djoko Hardono (Dubes RI di Kanada) dan Pak Herijanto Soeprapto (Dubes RI di Brunei Darussalam) yang masing-masing didampingi staf, para peserta rakor dan beberapa rekan panitia. Total keseluruhan anggota rombongan berjumlah 19 orang.
Rombongan berangkat dari tempat kami menginap di Novotel Grand Kawanua pada pukul 09.30 menuju Pelabuhan Marina Plaza yang ditempuh sekitar 30 menit. Ketika kami tiba di Marina Plaza tampak kawasan tersebut tidak terlalu ramai. Ada sekitar 6 perahu (yang biasa disebut Tamaran) sedang sandar menunggu penumpang. Suasana agak sepi karena mungkin waktunya sudah agak siang, kalau lebih pagi lagi pasti lebih ramai. Ya karena biasanya wisatawan yang ingin ke Bunaken cenderung memilih berangkat lebih pagi untuk menghindari kencangnya angin dan tentu saja agar tidak terlalu panas.
Sebuah Tamaran bernama Papa Coxy, yang dapat mengangkut 25 penumpang, membawa kami meninggalkan Marina Plaza menuju Bunaken. Menurut nahkoda Papa Coxy perjalanan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk tiba di Bunaken. Selama di perjalanan kami asyik memandang indahnya beberapa pulau di kawasan Bunaken. Kencangnya hempasan ombak menjadikan Tamaran terguncang-guncang. Beberapa penumpang agak khawatir dengan besarnya guncangan dan satu dua penumpang mulai merasa mabuk laut. Meskipun demikian ada pula penumpang yang tertidur. Mungkin kelelahan karena beberapa hari terakhir bekerja hingga larut malam mempersiapkan dan melaksanakan rakor.
Dari kejauhan Pulau Bunaken terlihat hijau dengan pepohonan. Di suatu titik di tengah laut perahu berhenti dan penumpang dipersilahkan melihat pemandangan bawah laut lewat bagian bawah perahu yang terbuat dari fiber glass. Di bawah lapisan kaca, kami melihat pemandangan pemandangan bawah laut yang luar biasa indahnya dan seolah-olah sedang menyaksikan akuarium raksasa. Ada terumbu karang warna warni dan bintang laut (jadi ingat lambang Pertamina tempo dulu), beragam ikan warna warni seperti dalam film Finding Nemo. Terlihat palung (tebing laut) yang terjal dan karena begitu dalam sehingga terlihat gelap.
Sungguh suatu kekayaan alam luar biasa yang perlu dijaga kelestariannya. Bukan hanya untuk kepentingan wisata tetapi juga untuk habitat di kawasan tersebut. Kenapa hal ini saya sebutkan ? Karena ternyata disamping keindahan yang dapat disaksikan, terlihat pula banyaknya terumbu karang yang rusak, terutama yang dekat dengan permukaan laut. Ada terumbu karang yang patah, pudar warnanya dan tidak jelas bentuknya yang bisa jadi disebabkan oleh kecerobohan manusia..
Setelah cukup puas melihat-lihat pemandangan bawah laut, perahu diarahkan menuju Pulau Bunaken. Di pulau yang juga disebut sebagai Taman Nasional Bunaken (TNB) ini rombongan beristirahat sejenak untuk mengisi perut dan membeli oleh-oleh.
Ketika memasuki rumah makan yang sudah dipesan pihak tour, terlihat makanan pembuka khas Manado sudah tersaji di meja. Ada potongan nanas dan pisang goreng serta tentu saja sambal dabu-dabu. Untuk yang tidak terbiasa makan makanan Manado tentu akan heran melihat nanas dan pisang goreng dimakan dengan sambal. Saya sendiri memilih memakan nanas dan pisang goreng tanpa sambal. Bukannya tidak suka sambal, tapi beberapa waktu terakhir ini perut saya agak sensitif dengan cabai sehingga kalau pedas sedikit malamnya dapat dipastikan akan bolak balik ke kamar mandi.
Tak lama kemudian disajikan dua potong besar ikan bakar. Kata si penjual ptongan ikan tersebut merupakan potongan ikan mubarak, ikan yang biasa didapatkan di sekitar perairan bunaken. Ditambah sayur batang kakung, woku (ikan dibumbu sayur kuning), sayur pakis, perkedel teri, dan sambal khas Manado, acara makan siang terasa maknyus. Tak terasa keringatpun bercucuran. Acara makan sianpun menjadi lebih sedap dengan minuman penutip kelapa muda. Wou benar-benar maknyus deh.
Selesai prosesi makan siang, kami pun segera kembali ke daratan Manado. Sepanjang perjalanan, penumpang yang sudah kekenyangan dan kelelahan terkantuk-kantuk. Hanya 1-2 penumpang yang duduk di bagian depan menikmati indahnya pemandangan laut. Sama seperti saat berangkat, perjalanan kembali pun membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Setibanya di Marina Plaza kami pun segera kembali ke hotel.
Ehmm ... suatu kunjungan singkat ke Bunaken yang cukup mengesankan. Mungkin lain waktu kalau berkesempatan kembali berkunjung saya akan ikutan menyelam atau setidaknya snorkeling lah.
7 comments:
Catamaran.
Catamaran ?
Selamat malam Pak dan salam kenal.
Wah kayaknya blog ini milik orang penting... Cuma pengen kenal dan berbagi aja pak...
Asyik bisa jalan-jalan sekaligus rapat, eh salah. Rapat sekaligus jalan-jalan...
Moga aja pemecahan rekor pengibaran bendera bisa berjalan lancar...
Salam Kenal Pak,
Wah reviewnya jadi pengen banget ke Bunaken sana.
ikan goreng ya pak enak.. :) Bunaken, kl ga salah naamnya sailbunaken2009 yang ada di tv tv itu kan ya??? hahaha pertama dengar aku sellbunaken2009, rupanya sailbunaken2009 :D
We, Indonesia, do have so many wonders! Let's explore more and reveal the hidden treasures...
One of the comment said 'catamaran', maybe he was dreaming to sail in Bunaken using a special sail boat, 'catamaran'... wow, that's a good idea!
Bunaken mantaff.... senang bisa main kesana lagi!!!!
Salam kenal...
Post a Comment