6.1.07

Horeee ... Solde Boss DPR

Sejak tanggal 3 Januari lalu, toko-toko dan pusat perbelanjaan di seluruh kota-kota di Belgia ramai dipenuhi pembeli. Masyarakat menyesaki toko-toko dan pusat perbelanjaan untuk mendapatkan barang-barang yang dijual dengan harga diskon sebesar 30-70 persen. Dengan potongan harga yang sedemikian besar, pembeli merasa diuntungkan jika melakukan pembelian di bulan Januari ini, terutama jika dibandingkan melakukan pembelian pada bulan-bulan lainnya. Sebagai contoh, suatu barang yang pada bulan-bulan lain dijual seharga 100 euro, pada bulan Januari harganya bisa saja hanya senilai 50 euro, jika potongan yang diberikan sebesar 50 persen. Suasana toko dan pusat perbelanjaan yang penuh sesak ini berlangsung terus selama satu bulan penuh di bulan Januari.

Selain bulan Januari, suasana yang sama juga akan ditemui pada bulan Juli. Masyarakat Belgia sudah sangat paham dengan musim pemberian potongan harga, yang biasanya disebut dengan musim solde (dari bahasa Perancis yang artinya sale atau diskon). Suasana heboh dan padatnya pusat-pusat perbelanjaan seperti layaknya suasana menjelang lebaran di tanah air, sesungguhnya bukan hal yang mengherankan bagi masyarakat Belgia. Sejak lama pemerintahnya memberlakukan kebijakan yang mendorong toko-toko dan pusat perbelanjaan untuk memberikan potongan harga gede-gedean dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Januari dan Juli. Di luar kedua bulan tersebut, akan sulit menemukan toko atau pusat perbelanjaan yang memberikan diskon, apalagi dalam jumlah yang besar.


Penentuan Januari dan Juli sebagai saat untuk memberikan potongan harga besar-besaran, tampaknya diambil setelah melakukan riset pasar yang mendalam mengenai perilaku konsumen. Bulan Januari merupakan bulan dimana diperkirakan minat beli masyarakat menurun drastis setelah mereka melakukan pembelian besar-besar di Bulan Desember, terutama untuk persiapan natal dan tahun baru. Untuk mendongkrak penjualan, ditetapkanlah strategi pemberian potongan harga bagi sebagian besar produk yang dijual, khususnya produk yang terkait dengan kebutuhan musim panas.

Sedangkan bulan Juli merupakan bulan dimana sebagian besar masyarakat eropa melakukan liburan musim panas, yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga pada gilirannya hal tersebut dapat menurunkan minat beli masyarakat. Kembali, untuk mendongkrak minat beli masyarakat ditetapkanlah strategi yang sama berupa pemberian diskon gede-gedean. Hanya saja, produk-produk yang dijual pada bulan Juli ini umumnya merupakan produk-produk yang terkait dengan kebutuhan musim dingin. Menariknya, pemberian diskon dilakukan dengan benar, sesuai harga barang. Tidak ada istilah harga barang dinaikkan terlebih dahulu, baru kemudian didiskon. Kalau ini dilakukan sama saja dengan membohongi konsumen.

Bagi mereka yang memiliki hobi belanja, berkantong tebal dan senang terhadap barang-barang bermerk, musim solde merupakan saat yang tepat untuk memperoleh barang-barang bagus dan terkenal dengan harga diskon. Masalah akan menjadi repot jika seseorang memiliki hobi belanja tapi kantongnya pas-pasan, jika memaksakan diri, bisa-bisa akan lebih besar pasak daripada tiang.

Melihat perilaku konsumen, saya perhatikan bahwa seringkali konsumen terdorong membeli barang-barang yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan atau sudah dimiliki, namun karena tergiur dengan diskon 70 persen, sehingga harganya menjadi jauh lebih murah, dibelilah barang tersebut. Padahal setelah dibeli hanya dipakai sesekali atau hanya diletakan di lemari.

Saya perhatikan pula bahwa perilaku seperti tersebut di atas juga dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat Indonesia. Saya sering menjumpai ibu-ibu rumah tangga, yang sering keluar masuk toko-toko dan pusat pertokoan untuk belanja barang dengan harga diskon. Kalau duitnya berasal dari kantongnya atau kantong suaminya yang tebal sich gak apa-apa, wong duitnya sendiri. Yang jadi masalah adalah jika modal pas-pasan tapi ingin terlihat gaya dan bersikap jor-joran. Akibatnya bisa ditebak, selain bikin tekor, sang suami juga bisa sering marah-marah karena dana yang semestinya dipersiapkan untuk tabungan atau keperluan lain, ternyata dipergunakan untuk keperluan konsumtif saat solde.

Cerita mengenai solde, saya jadi teringat dengan hobi para anggota DPR kita yang sering melancong ke luar negeri. Pada suatu saat, ketika sedang melakukan ”studi banding” ke Belanda, para anggota DPR tersebut tertangkap kamera sedang menenteng tas belanja bertuliskan merk produk-produk terkenal. Dengan sejumlah foto mereka yang beredar di internet, para anggota dewan yang terhormat tersebut tentu saja tidak bisa mengelak dan akhirnya mengakui.

Kegiatan belanja-belanjanya anggota DPR yang atraktif tersebut menjadi ramai karena dilakukan saat kunjungan dinas, yang jelas-jelas atas biaya anggaran negara. Para anggota DPR tersebut jelas pula tidak peka dengan kondisi masyarakat Indonesia yang masih terpuruk. Ironisnya lagi, meski sudah dikritik kiri-kanan, depan-belakang dan atas-bawah, teteup aja kunjungan-kunjungan ”dinas” yang tidak jelas seperti itu dilakukan. Kalau cuma sekedar ingin melakukan studi banding mengenai suatu isu, bisa minta bantuan Kedutaan Besar RI untuk memberikan masukan atau bersilancar di internet bersama Google. Kalau mau belanja-belanja, sebaiknya dilakukan dalam kapasitas pribadi dan tidak perlu minta biaya dinas. Dan sebaiknya pula dilakukan pada saat solde di bulan Januari atau Juli, biar dapat diskon gede-gedean boss!!!.

1 comment:

Anonymous said...

nggak dimana-mana, emang kalo sale pasti jadi rebutan....
kunjungan anggotar dpr itu timingnya salah..harusnya waktu sale...tapi nggak sale mereka juga ngeborong kok...