
Tercapainya integrasi kawasan di UE merupakan pencapaian tersendiri, mengingat ketika gagasan itu disampaikan, Eropa masih merasakan akibat Perang Dunia kedua dan terpecahnya negara-negara Eropa ke dalam blok timur dan barat di era perang dingin. Pelajaran dari masa lalu dan melihat keberhasilan yang dicapai, selain berusaha menciptakan Masyarakat Eropa yang sejahtera, UE juga ingin berperan dalam tata pergaulan internasional di era global saat ini.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tantangan yang harus dihadapi UE adalah pengaturan urusan internal pasca diberlakukannya Traktat Lisbon pada bulan Desember 2009. Traktat Lisbon ini merupakan instrumen penting karena dipandang sebagai konstitusi mini yang akan menjadi peta jalan masa depan UE.
Berdasarkan Traktat Lisbon, UE memiliki postur yang berbeda. Dewan UE dan Parlemen Eropa secara bersama memiliki kewenangan dalam pembuatan perundangan dan persetujuan anggaran. UE memiliki Presidensi Tetap dan dan Menteri Luar Negeri yang bertugas untuk jangka waktu 2,5 tahun, dan dapat dipilih kembali. Terpilih sebagai Presiden tetap UE saat ini adalah Herman Van Rompuy, mantan Perdana Menteri Belgia. Sementara Lady Catherine Ashton terpilih sebagai menteri Luar Negeri.
Dengan postur yang berbeda, para pemimpin UE menginginkan gerakan yang lebih padu dalam menjawaba tantangan global. UE berharap setidaknya dapat mengatasi tiga masalah utama yang menjadi perhatian adalah pemanasan global, peran Eropa di dunia, dan upaya untuk mempromosikan demokrasi dan partisipasi seluruh komponen masyarakat. Melihat keseriusan negara-negara anggotanya, tampaknya keinginan UE untuk dapat mengembalikan kekuatan Eropa sebagai pilar utama dunia bisa saja terwujud.
Ditulis juga DISINI
Ditulis juga DISINI
No comments:
Post a Comment