Ketika saya pasang status di facebook “si mpok ternyata tetap juga gak bersalaman …, begitu kok mau jadi presiden”, beberapa rekan langsung mengomentari. Ada yang bilang “ya mungkin merasa bukan muhrimnya”. Rekan yang lain bilang “mungkin maunya seperti teletubies... berpelukan”.
Sementara yang agak seriusan mengatakan “manusiawi.... gak semua orang bisa ikhlas jika merasa dihianati apalagi cewe... yang cowo aja panas kuping dikit, langsung nyolot...panggil wartawan bikin konfrensi pers kasih respon.... emangnya gusdur, gito aja koq repot.... “. Rekan yang lain menambahkan “yang satu juga dikritik mukanya langsung cemberut berat, begitu koq mau jadi Presiden, tinggal sisa satu dong huahaha “. Lalu untuk melengkapi, komentar tersebut dijawab rekan yang lain “yang satunya full senyum”.
Ya untung saja Pak JK tampil santai dan penuh senyum dalam acara politaiment yang digelar KPU di gedung Bidakara semalam. Kalau saja pak JK ikut-ikutan pasang tampang serius, maka acara yang dimaksudkan sebagai deklarasi kampanye damai pilpres 2009 mungkin tidak berakhir “damai” seperti yang diharapkan.Karena ternyata acara yang dimaksudkan untuk memperlihatkan adanya kedamaian diantara para capres/cawapres justru dijadikan ajang pertempuran.
Pertempuran di Bidakara dimulai ketika pasangan SBY-Boediono memasuki ruangan. Ibu Mega yang sudah duduk terlebih dahulu di ruangan tersebut, dengan antengnya membiarkan kehadiran SBY-Boediono. Tidak ada jabat tangan dan tegur sapa. Hanya Prabowo yang berdiri dan menyambut kehadiran SBY-Boediono. Bahkan dalam beberapa kesempatan di tengah acara, SBY dan Prabowo terlihat beberapa kali bertegur sapa ringan.
Puncak pertempuran terjadi ketika ibu Mega mengirimkan rudal balistik Si Butet Yogya langsung di depan sasaran. Tentu saja yang menjadi sasaran tembak pun langsung merah padam dan terlihat menahan diri. Tembakan tersebut kemudian dibalas ringan oleh SBY saat memulai orasinya dengan menyampaikan panggilan hormat kepada semua capres dan cawapres, termasuk nama ibu Mega, sesuatu yang tidak dilakukan ibu Mega ketika memulai orasinya.
Mengakhiri pertempuran, ketika acara berakhir ibu Mega berlalu begitu saja dan tidak memperlihatkan kemesraan kepada capres/cawapres yang lain. Beda dengan SBY-Boedion dan JK-Wiranto yang saling berjabat tangan dan cipika cipiki.
Sebagai penonton yang hanya bisa melihat suasana keakraban para pemimpinnya di televisi, hilangnya momen “damai” dan keakraban antara cares/cawapres tentu saja mengecewakan. Pertanyaan sederhana yang kemudian muncul adalah bagaimana bisa memimpin negara kalau memimpin diri sendiri dalam damai saja belum mampu. Bagaimana bisa rekonsiliasi nasional dan bersama-sama membangun negeri kalau untuk sedikit “menghibur” penonton saja tidak bisa.
Selamat hari kamis ... semoga anda bisa bersalaman hari ini
3 comments:
kenapa ya si ibu sepertinya denda kesumat sekali...
@Iman: itulah saya juga gak ngerti ...
hidup JK !
Jangan Kelamaan
Jaga Kebersamaan
Jelang Kemakmuran
Jeee Kepriben !
Post a Comment