10.10.06

Tarawih dan Ceramah Ramadhan

Lazimnya ibadah di bulan Ramadhan, maka setiap malam, setelah shalat isya kita disunnahkan untuk melakukan shalat tarawih. Shalat tarawih tersebut bisa dilakukan secara sendiri-sendiri di rumah atau berjamaah di masjid atau musholla. Dan kalau shalat tarawih dilakukan berjamaah, biasanya sebelum atau sesudahnya ada ceramah ramadhan yang disampaikan oleh seorang ustad. Saya sebutkan biasanya, karena seperti halnya sholat tarawih yang hukumnya sunnah, ceramah ramadhan pun tidak bersifat wajib. Ceramah ramadhan boleh disampaikan setelah sholat isya dan tarawih atau boleh juga diantara sholat isya dan menjelang sholat tarawih. Selain itu, ceramah ramadhan juga boleh-boleh saja tidak dilaksanakan sama sekali. Masing-masing punya alasan yang dapat dibenarkan.

Bagi mereka yang berpendapat sebaiknya ceramah ramadhan disampaikan setelah sholat isya dan tarawih, pertimbangannya mungkin lebih pada kepraktisan. Dengan segera melaksanakan sholat tarawih setelah sholat isya, para jamaah tidak perlu menunggu jedah terlalu lama dan tentu saja tidak perlu mengambil air wudhu lagi. Berbeda jika sholat tarawih dilaksanakan setelah penyampaian ceramah ramadhan, bisa-bisa kita buang angin saat ceramah berlangsung. Sebetulnya bukan masalah karena bisa berwudhu kembali. Namun akan jadi masalah kalau tempat berwudhunya cukup jauh dan airnya dingin. Seseorang bisa beralasan akan mudah masuk angin. Selain itu, ceramah ramadhan yang disampaikan pada bagian akhir dapat memberikan kesempatan kepada ustad untuk menyampaikan ceramah secara lebih leluasa, tanpa terkendala waktu.

Bagi yang berpendapat bahwa ceramah ramadhan dilakukan diantara sholat isya dan tarawih, juga ada benarnya. Menurut pandangan kelompok ini, ceramah ramadhan tidak harus berpanjang-panjang, kalau substansinya cukup padat dan ceramahnya disampaikan secara efektif maka hasilnya tentunya akan efektif pula. Selain itu selesainya waktu ceramah dan sholat tarawih dapat diatur dengan baik sesuai anggaran waktu yang tersedia. Alasan lainnya adalah jamaah akan merasa enggan meninggalkan masjid atau musholla begitu saja, karena belum melaksanakan sholat tarawih.

Lalu bagaimana dengan kelompok yang lebih menginginkan tidak adanya ceramah ramadhan? Wah kalau ini sih tidak ada alasan pembenarannya. Satu-satunya alasan yang memungkinkan adalah ustadnya sedang sakit, sementara tidak ada seorangpun yang bersedia menggantikan kedudukan sang ustad untuk berceramah.

Kalau anda jadi pengurus masjid atau musholla, pilihan diserahkan kepada anda mau mengikuti pendapat yang mana, jamaah akan mengikuti. Anda boleh saja menetapkan untuk sholat isya dan tarawih terlebih dahulu baru meminta ustad menyampaikan ceramah atau setelah sholat isya disampaikan ceramah dan diakhir dengan sholat tarawih berjamaah. Dua-duanya sama saja, sama-sama mengharapkan ridho dan pahala dari Allah S.W.T.

Saya sangat tidak menganjurkan kepada anda, terutama yang dipercaya untuk menjadi pengurus masjid dan musholla, untuk tidak melaksanakan ceramah ramadhan. Kalau tidak ada ustad, ya anda lah sebagai pengurus atau mungkin jamaah lainnya yang berperan menggantikan peran ustad. Kan ada hadist Rasullulah S.A.W yang berbunyi ”sampaikanlah walau hanya satu ayat”. Yang bermakna berdakwah itu tidak selalu mengenai hal yang besar-besar dan mengutip beragam ayat suci. Karena yang kecil-kecil seperti tulisan ini, Insya Allah juga merupakan produk dakwah.

1 comment:

Aris Heru Utomo said...

Lumayan, banyak masyarakat Indonesia yang menghadiri tarawih berjamaah tiap akhir pekan di aula KBRI.

Anyway selamat ya mas atas terpilihnya sebagai blog of the week by fatih suyud. Ditunggu tulisan selanjutnya.