29.12.08

Anyer, Daendels dan Oddi Agam

Dari Public Blog Kompasiana.com

APA yang terlintas di benak anda jika mendengar nama Anyer? Sebagian dari anda mungkin akan teringat dengan proyek pembangunan jalan sepanjang 1.000 km antara Anyer dan Panaroekan yang dibangun saat pemerintahan Herman William Daendels pada tahun 1808. Anda juga mungkin akan teringat sebuah lagu ciptaan Oddie Agam yang dinyanyikan Sheila Madjid pada tahun 1987: “Antara Anyer dan Jakarta”.

Anda tidak keliru jika menghubungkan Anyer dengan Daendels ataupun lagunya Oddie Agam. Karena bagi keduanya, nama Anyer nampaknya memiliki kenangan tersendiri. Bagi Daendels, nama Anyer tidak akan terlupakan karena di kota pelabuhan Anyer lah pertama kali ia menjejakkan kakinya pada tanggal 1 Januari 1808, sebelum kemudian ia mengambil alih kekuasaan tertinggi Hindia Belanda di Pulau Jawa (Pramoedya Ananta Toer, Jalan Pos Jalan Daendels). Sementara bagi Oddie Agam, deburan pantai di Anyer telah memberikan inspirasi yang luar biasa sehingga mampu melahirkan lagu yang menjadi populer pada masanya.

Terinspirasi cerita Jalan Pos Jalan Daendelsnya Pram dan membayangkan deru sang ombak bersilih ke pantai seperti yang dikatakan Oddie Agam, saya dan keluarga memanfaatkan cuti bersama libur Natal dan tahun baru Islam untuk berwisata ke kawasan pantai Anyer. Pilihan ke Anyer juga tidak terlepas dari upaya menghindarkan kemacetan jika kita memilih bepergian lewat tol Jakarta – Cikampek ataupun berwisata ke arah Puncak.

Untuk menuju Anyer, kita bisa menggunakan jalan tol Jakarta – Merak keluar di pintu tol Cilegon Barat. Sepanjang perjalanan di jalan yang mestinya bebas hambatan ini saya dituntut lebih berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan saat mengemudi mengingat banyak bagian jalan yang sedang diperbaiki dan banyak pula bagian jalan yang tidak mulus. Selepas pintu tol, kendaraan dapat langsung diarahkan ke Anyer dengan mengikuti berbagai petunjuk yang ada.

Sepanjang perjalanan ini terlihat berbagai pabrik besar, yang antara lain dimiliki oleh Krakatau Steel, Chandra Asri dan berbagai perusahaan besar lainnya. Banyak truk-truk besar dan kontainer pengangkut material pabrik melintas di jalan raya. Namun, meskipun banyak pabrik besar di kiri kanan jalan yang dilalui, jangan bayangkan kalau jalan raya tersebut akan mulus. Justru sebaliknya, banyak bagian jalan yang berlubang dan berdebu. Kondisi jalan tersebut tentu saja menjadikan perjalanan tidak akan terasa nyaman dan bisa menyebabkan kemacetan. Selain kondisi jalan yang buruk, kemacetan juga dijumpai saat melewati pasar Anyer.

Kalau Pemda Banten ingin menjadikan kawasan Pantai Anyer sebagai primadona tujuan wisata, tampaknya salah satu prioritas pembangunan yang harus dikerjakan adalah perbaikan ruas-ruas jalan mulai dari pintu tol Cilegon Barat hingga kawasan wisata Anyer.

Setibanya di kawasan Pantai Anyer, kita bisa memilih berbagai penginapan yang terdapat di sepanjang kawasan pantai. Namun jika tidak ingin menginap dan hanya sekedar bermain seharian di pantainya, kita bisa memilih beberapa tempat “umum” yang memiliki akses ke pantai. Hati-hati, beberapa tempat penginapan yang langsung berbatasan dengan pantai, melarang parkir kendaraan yang bukan merupakan tamu di penginapan tersebut.

Usai bermain di bibir pantai, kita bisa mengunjungi Mercu Suar Willem III yang didirikan mulai tahun 1885. Sekitar 30 meter dari mercu suar ini dapat ditemui salah satu penanda jaman yang masih tersisa yaitu reruntuhan Mercu Suar Anyer lama, yang jika dilihat dari prasastinya tampak bahwa mercu suar lama tersebut dibangun pada tahun 1806. Prasasti tersebut sendiri sekarang menjadi Kilometer “0” Jalan Anyer-Panaroekan yang dibangun pada masa Daendels pada tahun 1808.

Jika kondisi fisik oke punya, kita bisa menapaki anak tangga Mercu Suar Willem III hingga ke puncaknya di lantai 17. Pada setiap lantainya terdapat dua buah jendela yang memungkinkan kita melongokkan pandangan ke luar. Selanjutnya dari puncak mercu suar kita bisa melihat seluruh bagian pantai Anyer, puncak gunung Anak Krakatau dan pemandangan kota Serang secara lebih menyeluruh. Mercu suar yang telah berusia 123 tahun ini secara umum kondisinya masih baik, hanya saja terdapat bagian lantai dan anak tangga yang mulai kropos. Diperlukan kehati-hatian dan ketaatan mematuhi rambu-rambu yang terdapat di beberapa lantai.

Sesuai fungsinya dalam mengamankan jalur laut, Mercu suar Willem III saat ini dikelola oleh Departemen Perhubungan. Namun mengingat sejarahnya dan fungsinya, yang dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata, kiranya perlu ada campur tangan Dinas Pariwisata dan Sejarah, baik dari tingkat Pusat maupun Pemda Provinsi Banten. Tentu saja keterlibatannya tidak terkait dengan aspek kenavigasian, namun lebih kepada upaya mengenalkan sejarah mercu suar tersebut pada khususnya dan sejarah kota Anyer pada umumnya . Untuk maksud tersebut, disetiap lantainya kiranya bisa dipasang keterangan sejarah pelabuhan Anyer dan kaitannya dengan mercu suar tersebut (jika ada dengan foto-fotonya), pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan ataupun gambaran mengenai peran Pemerintah Kolonial Belanda dan Pemerintah Kerajaan Banten saat itu.

Kalau saja hal seperti tersebut di atas dapat dilakukan, maka pihak pemerintah telah dapat memainkan perannya dalam mengenalkan salah satu sisi sejarah bangsa. Pemerintah pun tidak perlu khawatir akan dituduh mementingkan pembangunan fisik semata. Dari sisi pengunjung, pengenalan akan sejarah mercu suar dan Anyer tentunya akan menambah pengetahuan dan perluasan pemahaman sejarah bangsa secara menyeluruh. Bukankah mantan Presiden Soekarno sendiri pernah mengatakan “jasmerah - janganlah sekali-kali melupakan sejarah”.

Sambil membayangkan suara merdu Sheila Madjid melantunkan akhir refrain tembang ciptaan Oddie Agam “kisah cinta tiga malam, kan kuingat selamanya, antara Anyer dan Jakarta”, saya mengharapkan akan adanya pihak-pihak yang cepat tanggap memperbaiki infrastuktur jalan raya dan penunjang pariwisata lainnya serta melengkapinya dengan pembangunan non-fisik seperti yang telah disinggung di atas.

Itu saja sedikit pengalaman saya dan keluarga saat berkunjung ke Anyer, bagaimana dengan pengalaman anda?

Selamat Tahun Baru Hijriah 1430 H, Insya Allah tahun mendatang akan lebih baik dari tahun sebelumnya

3 comments:

Anonymous said...

perjalanan akan semakin bernilai jika disertai apresiasi historis

Anonymous said...

anyer memang menarik ditulis dari berbagai sudut. Tap ada satu tempat yg tidak pernah saya lewatkan kalau berkunjung ke sana.. sebuah rumah makan di pinggir jalan yang menjual nasi pepes dan otak-otak...wuaduhhh enaknya luar biasa ..sayang rumah makan itu tak ada namanya..jadi sya sulit untuk mendeskripsikan letaknya..kecuali ke sana mengajak saya,...hehehe.. selamat tahun baru mas..

Anonymous said...

Di daerah Banten sebetulnya banyak wisata menarik, selain pantainya yang masih lumayan bersih.
Sayang untuk menara dan mesjidnya kurang terawat, banyak orang yang tiduran di sekitarnya...mungkin juga sebaiknya diadakan penataan untuk pasar kaget di sekitar masjid.Bekas kerajaan Banten lama, yang dekat dengan klenteng tua, merupakan wisata menarik, juga ada danau.